Pentagon juga mengatakan yakin Israel masih terancam oleh Iran dan proksinya.
"Saya akan menunjukkan beberapa komentar publik yang telah disampaikan oleh para pemimpin Iran dan pihak lain."
"Kami terus menilai adanya ancaman serangan," kata juru bicara Pentagon, Mayjen Angkatan Udara AS, Patrick Ryder.
Ingin Tetap Menyerang, tapi Hormati Kesepakatan Gencatan Senjata
Baca juga: Hamas Tolak Syarat Baru Israel dalam Perundingan Gencatan Senjata di Gaza
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanaani mengabaikan keberhasilan serangan IDF pada hari Minggu.
Kanaani menjelaskan bahwa Israel telah kehilangan kekuatannya untuk mencegah dan bahwa keseimbangan strategis di kawasan telah bergeser merugikannya, menyusul serangan oleh Hizbullah.
"Meskipun mendapat dukungan menyeluruh dari negara-negara seperti Amerika Serikat, Israel tidak dapat memprediksi waktu dan tempat respons terbatas dan terkendali oleh perlawanan. Israel telah kehilangan kekuatan pencegahannya," kata Kanaani.
Kanaani menambahkan bahwa Israel "sekarang harus mempertahankan diri di wilayah pendudukannya" dan bahwa "keseimbangan strategis telah mengalami perubahan mendasar" yang merugikan Israel.
Sementara itu, Menlu Iran, Abbas Araqchi menekankan bahwa Republik Islam memiliki hak untuk membalas Israel atas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran.
Baca juga: Misi Hizbullah Tercapai Saat Ini, Hassan Nasrallah Sebut Klaim Israel Sebagai Narasi Hollywood
Republik Islam menyalahkan Israel atas pembunuhan tersebut, meskipun Israel tidak mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu.
"Iran tidak ingin meningkatkan ketegangan. Namun, Iran tidak takut akan hal itu," kata Araqchi.
Araqchi mengatakan bahwa tanggapan Iran akan “pasti, penuh perhitungan dan akurat,” menurut pernyataan tersebut.
Ia kemudian mengatakan kepada Perdana Menteri Qatar, Mohammed Al Thani, bahwa Iran akan menghormati kesepakatan gencatan senjata Gaza, selama didukung oleh Hamas.
(Tribunnews.com/Whiesa)