“Kebijakan kami tidak berubah. Senjata AS hanya untuk membela diri, tidak untuk serangan mendalam ke wilayah Rusia," kata Ryder, Selasa (27/8/2024).
Sebelumnya, juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby mengatakan “tidak ada perubahan” pada kebijakan terkait pembatasan tersebut.
AS telah melonggarkan kebijakannya dari serangkaian pembatasan awal, yang hanya mengizinkan Kiev untuk menyerang wilayah Rusia yang diklaim Ukraina sebagai miliknya – dari Krimea hingga Zaporozhye, Kherson, serta Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk.
Pemerintah AS saat ini menarik garis pada serangan mendalam ke Rusia setelah salah satu roket ATACMS-nya yang dipersenjatai dengan hulu ledak cluster menghantam pantai Krimea pada awal Juni.
Moskow menyalahkan Washington atas pembantaian itu dan menyarankan agar mempersenjatai "negara dan entitas" di seluruh dunia yang memusuhi AS sebagai tanggapan.
Sementara Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan tuntutan Zelensky tersebut sebagai pemerasan.
Selain meminta AS agar dilonggarkan dalam penembakan rudal ATACMS, Zelensky juga meminta hal yang untuk rudal Storm Shadow kepada Inggris.
“Ini adalah pemerasan, ini adalah upaya untuk menciptakan kesan bahwa Barat ingin menghindari eskalasi yang berlebihan, tetapi sebenarnya ini adalah tipu muslihat,” kata Lavrov dikutip dari Russia Today.
Lavrov lebih lanjut memperingatkan bahwa Barat akan memulai tindakan yang berbahaya jika memperluas otorisasi penggunaan senjatanya.
“Sudah lama kami mendengar spekulasi tentang penggunaan Storm Shadow, tetapi juga rudal jarak jauh AS,” ujarnya.
Ia mengingatkan kepada dunia Barat agar tidak 'bermain api', karena akan melibatkan negara-negara yang mempunyai senjata nuklir.