TRIBUNNEWS.COM -- Ukraina dilaporkan akan mengirimkan dua pejabat pentingnya ke Amerika Serikat terkait perang dengan Rusia yang terus merugikan.
Dua orang petinggi yang akan menyambangi Washington adalah Kepala Staf Presiden Andrey Yermak dan Menteri Pertahanan Rustem Umerov.
Seorang sumber Politico mengungkapkan, keduanya akan menyambangi Washington akhir minggu ini. Mereka dijadwalkan menyampaikan daftar target yang ingin diserang Kiev di Rusia.
Baca juga: Rusia Luncurkan Serangan Rudal Nirawak Besar-Besaran di Ukraina, 7 Orang Tewas dan Puluhan Terluka
"Yermak berada di belakang dorongan awal untuk melonggarkan pembatasan pada bulan Mei lalu," kata sumber tersebut.
Serangan besar-besaran Rusia pada Senin (26/8/2024) menghancurkan sebagian besar infrastruktur energi di Ukraina.
Rusia menggunakan ratusan rudal dan drone serang jarak jauh baik melalui darat laut dan udara untuk menghancurkan fasilitas-fasilitas masyarakat.
Akibatnya, selain sejumlah warga menjadi korban tewas, pengeboman langsung menyebabkan pemadaman di seluruh negeri.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky langsung bereaksi. Ia meminta agar ada pembaruan kebijakan AS mengizinkan militernya menggunakan rudal ATACMS lebih masuk ke dalam Rusia.
Zelensky mengklaim pembatasan ini menghambat militernya dalam melawan operasi Rusia di utara Kharkov pada bulan Mei lalu dan menuntut agar pembatasan tersebut dicabut sepenuhnya.
Baca juga: Putin Ngamuk, Serangan Besar-besaran Dilanjutkan Selasa Pagi, Ukraina Makin Hancur
Washington mulai melunak dan mengizinkan “serangan balasan” terhadap pasukan Rusia di seberang perbatasan.
Dalam praktiknya, pasukan Ukraina telah menggunakan peluncur roket HIMARS yang disediakan AS untuk menyerang kota-kota, jembatan, dan jalan-jalan.
“Tidak boleh ada pembatasan pada jangkauan senjata untuk Ukraina,” kata Zelensky pada Senin malam.
Namun, kemungkinan mereka akan mendapatkan hasil yang mengecewakan. Washington menyatakan bahwa kebijakannya tetap tidak berubah.
Juru bicara Pentagon Mayor Jenderal Patrick Ryder mengatakan, Ukraina diizinkan menggunakan senjata yang dipasok AS untuk mempertahankan diri dari serangan lintas batas.
“Kebijakan kami tidak berubah. Senjata AS hanya untuk membela diri, tidak untuk serangan mendalam ke wilayah Rusia," kata Ryder, Selasa (27/8/2024).
Sebelumnya, juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby mengatakan “tidak ada perubahan” pada kebijakan terkait pembatasan tersebut.
AS telah melonggarkan kebijakannya dari serangkaian pembatasan awal, yang hanya mengizinkan Kiev untuk menyerang wilayah Rusia yang diklaim Ukraina sebagai miliknya – dari Krimea hingga Zaporozhye, Kherson, serta Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk.
Pemerintah AS saat ini menarik garis pada serangan mendalam ke Rusia setelah salah satu roket ATACMS-nya yang dipersenjatai dengan hulu ledak cluster menghantam pantai Krimea pada awal Juni.
Moskow menyalahkan Washington atas pembantaian itu dan menyarankan agar mempersenjatai "negara dan entitas" di seluruh dunia yang memusuhi AS sebagai tanggapan.
Sementara Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan tuntutan Zelensky tersebut sebagai pemerasan.
Selain meminta AS agar dilonggarkan dalam penembakan rudal ATACMS, Zelensky juga meminta hal yang untuk rudal Storm Shadow kepada Inggris.
“Ini adalah pemerasan, ini adalah upaya untuk menciptakan kesan bahwa Barat ingin menghindari eskalasi yang berlebihan, tetapi sebenarnya ini adalah tipu muslihat,” kata Lavrov dikutip dari Russia Today.
Lavrov lebih lanjut memperingatkan bahwa Barat akan memulai tindakan yang berbahaya jika memperluas otorisasi penggunaan senjatanya.
“Sudah lama kami mendengar spekulasi tentang penggunaan Storm Shadow, tetapi juga rudal jarak jauh AS,” ujarnya.
Ia mengingatkan kepada dunia Barat agar tidak 'bermain api', karena akan melibatkan negara-negara yang mempunyai senjata nuklir.