Balas Kematian Komandan, Brigade Tulkarm-Batalyon Jenin Sergap Pasukan Infanteri Israel Hingga Tewas
TRIBUNNEWS.COM - Brigade Al-Quds, sayap militer gerakan Palestine Islamic Jihad (PIJ) yang ada di Tulkarm, Tepi Barat - Brigade Tulkarm - mengumumkan kalau petempur mereka menyergap pasukan infanteri Israel di poros Al-Manshiya dan menimbulkan korban jiwa.
Penyergapan ini diumumkan sebagai respons awal (pembalasan) atas terbunuhnya pemimpin Brigade tersebut oleh peluru tentara pendudukan Israel, Muhammad Jabbar (Abu Shuja), Kamis (29/8/2024) pagi ini, bersama 4 orang lainnya.
Baca juga: Agresi Israel di Tepi Barat: Masjid Dibom, Rusak Saluran Air, Puluhan Tewas, Komandan Tulkarm Gugur
Di Jenin, Batalyon Jenin yang juga berafiliasi dengan Brigade Al-Quds menegaskan kalau para petempurnya terlibat dalam bentrokan sengit dengan pasukan Israel di medan pertempuran dan mengklaim berhasil menimbulkan korban langsung di pihak musuh.
"Batalyon Jenin mengatakan kalau para pejuangnya menargetkan pasukan infanteri tentara pendudukan dengan alat peledak berdaya ledak tinggi di poros industri dan menimbulkan korban jiwa," tulis laporan Khaberni, Kamis.
Sementara itu, Perusahaan Telekomunikasi Palestina mengumumkan penghentian layanannya di Kegubernuran Jenin karena kerusakan peralatan akibat operasi Israel.
Ayah Abu Shuja: Kematian Putraku Tak Akan Menghentikan Perlawanan
Brigade Al Quds sebelumnya mengonfirmasi kalau Muhammad Jabbar, komandan Brigade Tulkarm gugur dalam perlawanan terhadap operasi militer besar-besaran IDF ke berbagai kota di Tepi Barat bagian utara yang berlangsung sejak sejak Rabu (27/8/2024) tersebut.
Baca juga: Tepi Barat Jadi Gaza Part 2, IDF Ultimatum Warga Tulkarm untuk Pergi dalam 4 Jam, Mau Serbu RS Jenin
Atas kematian putranya, Samer Jaber, ayah dari komandan batalion Tulkarm, Muhammad Jaber “Abu Shuja,” mengatakan kalau kematian anaknya tidak akan menghentikan perlawanan terhadap pendudukan Israel.
Dilansir Al Jazeera, Jaber mengatakan, "Pasukan pendudukan Israel sebelumnya telah mencoba membunuh Abu Shujaa beberapa kali."
Dia menambahkan, "Putra saya menghabiskan 5 tahun hidupnya di pusat penahanan pendudukan, dan setelah dibebaskan, dia mendirikan Brigade Tulkarm."
Operasi Militer Besar-besaran Israel di Tepi Barat Dapat Restu AS
Operasi militer besar-besaran yang dimulai Israel di Tepi Barat Rabu tersebut mendapat perhatian dari berbagai media internasional.
Beberapa laporan mengatakan kalau Amerika Serikat (AS) sepenuhnya menyadari adanya agresi militer besar-besaran itu dan telah memberi lampu hijau kepada Israel untuk melaksanakannya.
Menurut New York Times, tentara Israel hampir setiap hari melancarkan serangan di kota-kota Palestina di Tepi Barat sejak 7 Oktober, namun operasi pada Rabu “tampaknya berbeda dari operasi pendahulunya.”
Surat kabar tersebut menunjukkan kalau serangan Israel gagal mengekang apa yang digambarkannya sebagai kelompok bersenjata – mengacu pada milisi perlawanan – di Tepi Barat, namun serangan tersebut membahayakan nyawa ribuan warga sipil Palestina dan menempatkan mereka di garis tembak.
The Washington Post mengutip Mahmoud Al-Saadi, direktur Cabang Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina di Jenin, yang mengatakan kalau kendaraan tentara Israel mengepung jalan menuju rumah sakit dan mendirikan pos pemeriksaan di Jenin, yang memperlambat kerja ambulans.
Bantuan Medis untuk Palestina, sebuah organisasi amal Inggris, juga menyatakan dalam pernyataannya bahwa serangan dan pelecehan personel IDF terhadap petugas kesehatan merupakan pelanggaran hukum kemanusiaan internasional.
Di Israel, surat kabar Haaretz mengatakan kalau tindakan hukuman AS baru-baru ini terhadap pemukim ekstremis Israel adalah upaya terbaru Washington untuk mengakhiri memburuknya situasi keamanan di Tepi Barat.
Surat kabar tersebut menggambarkan tindakan AS sebagai “usaha untuk menghentikan kemerosotan di bidang lain.”
Laporan tersebut mengatakan bahwa sanksi-sanksi ini “melewatkan meningkatnya permusuhan publik yang dilakukan pejabat Amerika terhadap menteri-menteri Israel yang ekstremis.”
AS Pura-pura Jadi Mediator
Di sisi lain, sebuah artikel di surat kabar Tiongkok “China Daily” mengatakan bahwa Amerika Serikat sepenuhnya menyadari operasi Israel di Tepi Barat, dan mencatat bahwa Washington “memberi lampu hijau kepada Tel Aviv untuk melakukan hal tersebut.”
Artikel tersebut menilai bahwa pemerintah AS “berpura-pura menjadi mediator perdamaian, hanya mengeluarkan pernyataan lisan, dan tidak mengambil tindakan nyata apa pun di lapangan.”
Sedangkan pada surat kabar "The Times of Israel", disebutkan bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu meminta pertemuan dewan keamanan mini di Koridor Philadelphia, yang memisahkan Jalur Gaza dan Mesir, namun permintaannya ditolak oleh Kepala Dinas Keamanan Dalam Negeri, Ronen Bar, karena besarnya langkah-langkah keamanan yang diperlukan untuk rencana semacam itu.
"Ini adalah peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya di zona perang aktif," kata laporan tersebut.
Surat kabar tersebut mengutip sumber yang mengatakan bahwa jika pertemuan itu terjadi, ini akan menjadi kesempatan bagi Netanyahu untuk menunjukkan wilayah tersebut kepada para menteri dan membujuk mereka untuk mendukung permintaannya agar wilayah tersebut tetap berada di bawah kendali pasukan Israel.
(oln/khbrn/*)