TRIBUNNEWS.COM - Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengumumkan jeda pertempuran untuk program vaksinasi anak-anak di Gaza, akan dimulai paling cepat pada Minggu (1/10/2024).
Dilansir The Guardian, PBB sedang mempersiapkan vaksinasi untuk sekitar 640.000 anak di Gaza.
Pada 23 Agustus lalu, WHO mengonfirmasi sedikitnya satu bayi lumpuh akibat virus polio tipe 2.
Kasus itu adalah kasus polio pertama di Jalur Gaza dalam 25 tahun.
Rik Peeperkorn, pejabat senior WHO untuk wilayah Palestina, mengatakan akan ada tiga kali jeda kemanusiaan yang berlangsung selama masing-masing tiga hari untuk memungkinkan putaran pertama vaksinasi.
Kampanye vaksinasi dijadwalkan dimulai pada hari Minggu, dengan jeda yang dijadwalkan berlangsung antara pukul 6 pagi dan 3 sore, kata Peeperkorn.
Kampanye pertama akan dimulai di Gaza bagian tengah, kemudian pindah ke Gaza bagian selatan, lalu ke Gaza bagian utara.
Peeperkorn menambahkan, ada kesepakatan untuk memperpanjang jeda di setiap zona hingga hari keempat jika diperlukan.
"Dari pengalaman kami, kami tahu satu atau dua hari tambahan sangat sering dibutuhkan untuk mencapai cakupan yang memadai," kata Mike Ryan, direktur darurat WHO, kepada dewan keamanan PBB pada hari Kamis (29/8/2024) selama pertemuan tentang situasi kemanusiaan di Gaza.
Vaksinasi tahap kedua nantinya diperlukan empat minggu setelah tahap pertama, kata Peeperkorn.
"Setidaknya 90 persen cakupan vaksinasi diperlukan dalam setiap tahap kampanye untuk menghentikan wabah dan mencegah penyebaran polio internasional," kata Ryan.
Baca juga: Israel dan Hamas Dikabarkan Setujui Gencatan Senjata 7 Hari untuk Vaksinasi Polio di Gaza
Sementara itu, dalam sebuah pernyataan, kantor PM Israel Benjamin Netanyahu membantah laporan televisi Israel yang menyebutkan, akan ada gencatan senjata "umum" selama kampanye vaksinasi.
Tetapi, Netanyahu menyetujui "tempat-tempat tertentu" (jeda pertempuran) di Gaza.
Vaksinasi Tidak Mungkin Berjalan di Tengah Bombardir
Lebih dari 25.000 botol vaksin, yang cukup untuk lebih dari 1 juta dosis, telah tiba di Gaza beserta perlengkapan yang dibutuhkan untuk menjaga agar vaksin tetap dingin selama pengiriman.
Namun, para ahli kesehatan memperingatkan, bahwa hampir mustahil untuk melaksanakan program vaksinasi dengan sukses di bawah tekanan bom.
Untuk menghentikan penyebaran polio, lembaga-lembaga bantuan harus menjangkau 90 persen dari sekitar 640.000 anak di bawah usia 10 tahun di Gaza.
Hal itu sudah pasti menjadi tantangan karena warga Palestina kerap berpindah-pindah karena perintah evakuasi oleh militer Israel.
Ketidakpastian atas jeda kemanusiaan dan perintah evakuasi membuat perencanaan menjadi sangat sulit, kata Juliette Touma, juru bicara badan bantuan PBB, UNRWA.
“Rencana adalah dasar dari setiap operasi kemanusiaan yang sukses. Anda harus tahu berapa banyak orang yang akan Anda jangkau: di mana mereka berada? Bagaimana Anda akan menjangkau mereka?” kata Touma.
“Perencanaan merupakan elemen penting dari keberhasilan operasi apa pun, tetapi di Gaza perencanaan hampir tidak ada.”
Apakah polio menular?
Ya, polio sangatlah menular.
Penyakit ini ditularkan melalui jalur pernapasan, yang terbawa melalui hidung dan tenggorokan, mengutip ucdavis.edu.
Penyakit ini juga dapat menyebar melalui tinja orang yang terinfeksi.
Polio dapat hidup selama beberapa minggu di saluran pencernaan (GI).
Orang yang tidak divaksinasi polio akan berisiko terkena infeksi polio.
Baca juga: Krisis Kesehatan di Gaza, PBB Sebut Perintah Evakuasi Israel Hambat Vaksinasi Polio
Penyakit ini dapat menyerang siapa saja dari segala usia yang belum divaksinasi polio, bukan hanya anak-anak.
Gejala Polio
Sebagian besar kasus polio tidak menunjukkan gejala sama sekali, atau hanya menunjukkan gejala yang sangat ringan, termasuk demam, sakit kepala, dan mual, yang akan hilang setelah beberapa hari.
Sebagian kecil kasus, mungkin 3 persen atau 4%, dapat berkembang dan menyebabkan meningitis, yaitu peradangan pada selaput otak.
Meningitis bisa sangat menakutkan, tetapi jenis meningitis ini umumnya dapat ditoleransi dengan baik dan sebagian besar orang dapat pulih.
Namun, dalam kurang dari 1% kasus, polio dapat menyebabkan kelumpuhan.
Polio menginfeksi bagian sumsum tulang belakang, sel-sel tertentu di sumsum tulang belakang yang mengendalikan gerakan kita.
Jika sel-sel ini terinfeksi, dapat mengakibatkan kelumpuhan pada berbagai bagian tubuh.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, satu dari 200 infeksi polio menyebabkan kelumpuhan yang tidak dapat disembuhkan.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)