TRIBUNNEWS.COM – Puluhan warga Israel berkumpul di Persimpangan Karkur di Israel utara untuk berunjuk rasa menentang pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Senin, (2/9/2024).
Mereka membawa bendera kuning yang menjadi simbol dukungan untuk para warga Israel yang tengah disandera di Jalur Gaza.
Dikutip dari The Times of Israel, beberapa pengunjuk rasa memperlihatkan tulisan “Menentang pemerintahan maut”.
Malam sebelumnya, para pengunjuk rasa menghentikan arus lalu lintas di Rute 65 di Persimpangan Karkur.
Aksi protes menjamur di Israel setelah Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menemukan enam warga Israel yang tewas saat disandera di Gaza selatan.
Keenamnya adalah Carmel Gat (40), Eden Yerushalmi (24), Hersh Goldberg-Polin (23), Alexander Lobanov (33), Almog Sarusi (27), dan Ori Danino (25). Mereka ditemukan di terowongan Gaza pada hari Sabtu lalu.
Berdasarkan hasil autopsi, Kementerian Kesehatan Israel mengklaim keenamnya ditembak dari jarak dekat.
Sementara itu, seorang pejabat senior Hamas bernama Izzat Al-Rishq menyalahkan Israel dan Amerika Serikat (AS) atas kematian keenam sandera.
Al-Rishq mengatakan para sandera akan tetap hidup apabila Israel menyetujui usulan gencatan yang sudah disepakati oleh Hamas bulan Juli lalu.
Menurut Forum Keluarga Sandera, dilaporkan akan ada aksi unjuk rasa besar-besaran di berbagai kota di Israel. Diperkirakan akan ada 500.000 orang yang turun ke jalan.
Dikutip dari Sky News, aksi itu bakal menjadi demonstrasi terbesar sejak perang di Gaza meletus tanggal 7 Oktober 2023.
Baca juga: 6 Sandera Israel Tewas, Donald Trump: Joe Biden dan Kamala Harris Berlumuran Darah
Lebih dari 300.000 orang berada di ibu kota Israel, Tel Aviv. Di sana para pengunjuk rasa membawa peti mati untuk menyimbolkan sandera yang telah tewas.
Di samping itu, pengunjuk rasa menyalakan api di salah satu jalan utama di Tel Aviv sehingga lalu lintas terhenti.
Para demonstran dan pengkritik pemerintah Israel sudah menuding bahwa Netanyahu lebih memprioritaskan politik daripada upaya pembebasan sandera.