News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Mesir Mencak-mencak, Bantah Netanyahu yang Bilang Koridor Philadelphia Jadi Jalur Senjata Hamas 

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Peta Koridor Philadelphia dan Penyeberangan Rafah yang ngotot dikuasai Israel dan enggan melepaskan kendali wilayah tersebut ke Mesir.

Mesir Mencak-mencak, Bantah Netanyahu yang Bilang Koridor Philadelphia Jadi Jalur Senjata Hamas 

TRIBUNNEWS.COM - Mesir menyiratkan kemarahannya dan secara tegas membantah pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang berbicara panjang lebar untuk membenarkan pendudukan pasukan Israel di Koridor Philadelphia, Senin (2/9/2024).

Pemerintah Mesir telah menandatangani perjanjian dengan rezim Israel, yang berupaya mengelola urusan Koridor Philadelphia, sebuah wilayah di sisi Palestina dari perbatasan Palestina-Mesir di Jalur Gaza selatan.

Baca juga: Yordania Bersumpah Gunakan Semua Kekuatan Lawan Usaha Israel Usir Warga Palestina di Tepi Barat

Pada  Mei tahun ini, pasukan pendudukan Israel melancarkan invasi darat mereka ke Rafah dan memfokuskan upaya mereka untuk menduduki Koridor Philadelphia, termasuk perlintasan perbatasan Rafah.

Dalam pidato media hari Senin, Netanyahu menyebutkan Mesir dalam beberapa kesempatan untuk "mengalihkan opini publik Israel, menghalangi tercapainya kesepakatan gencatan senjata, dan menghalangi upaya mediasi Mesir, Qatar, dan Amerika," demikian bunyi pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Mesir.

Netanyahu mengkritik Mesir dalam pidatonya dan mengklaim kalau Mesir gagal mengamankan perbatasannya dengan Jalur Gaza, yang membuat milisi Perlawanan Palestina semakin berani.

Pada konferensi pers itu, Netanyahu juga menyoroti pentingnya secara strategis untuk mempertahankan kendali Israel atas Koridor Philadelphia, sebidang tanah sempit di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir.

Netanyahu menggambarkan Koridor Philadelphia sebagai "jalur hidup Hamas untuk senjata."

Baca juga: Mesir Beri Sinyal ke Hamas Cs, Gabung Perang Kalau Israel Rebut Kendali Koridor Philadelphia

Ia mengakui adanya perbedaan pendapat internal dalam pemerintahannya mengenai keberadaan militer yang berkelanjutan di koridor ini tetapi bersikeras bahwa hal itu penting bagi keamanan Israel.

Sperti diketahui, setelah rezim Israel memutuskan untuk menarik diri secara sepihak dari Jalur Gaza pada tahun 2005, otoritas Palestina mengambil alih kendali yang sah atas Koridor Philadelphia dan perlintasan perbatasan Rafah.

Pernyataan Mesir tersebut menyatakan bahwa pemerintah Israel bertanggung jawab atas "konsekuensi dari pernyataan yang memperburuk situasi, yang bertujuan untuk membenarkan kebijakan yang agresif dan menghasut, dan menyebabkan eskalasi lebih lanjut di kawasan tersebut."

"Republik Arab Mesir menegaskan komitmennya untuk melanjutkan peran historisnya dalam memimpin proses perdamaian di kawasan tersebut, yang berkontribusi dalam menjaga perdamaian dan keamanan regional serta mencapai stabilitas bagi semua masyarakat di kawasan tersebut," pernyataan tersebut menyimpulkan.

Netanyahu telah menjadi sasaran tekanan dan kritik yang berlebihan setelah enam tawanan Israel, termasuk seorang warga negara ganda dengan kewarganegaraan Amerika, tewas di Jalur Gaza selatan dan jenazah mereka ditemukan pada hari Minggu.

Menurut media Israel, pejabat keamanan dan militer Israel memperingatkan skenario yang tepat jika perjanjian gencatan senjata dengan Perlawanan Palestina tidak tercapai.

Baca juga: IDF Beri Sinyal Mundur dari Koridor Philadelphia, Mesir-Israel Siapkan Ribuan Kamera di Perbatasan?

Peta koridor Philadelphia (X/jordannewsdaily)

Koridor yang Dipenuhi Jenazah

Terkait keberadaan pasukan Israel di Koridor Philadelphia, media Israel, Haaretz dalam sebuah analisis melaporkan kalau Netanyahu dan para menterinya sebenarnya tahu bahwa kehadiran tentara Israel di perbatasan Gaza-Mesir tidak pernah menjadi elemen pencegah aksi gangguan keamanan Israel. 

Tujuan sebenarnya, menurut surat kabar Israel, adalah untuk mempertahankan keberadaan Israel di Gaza selamanya. Media itu kemudian menyatakan niatan ini sebagai "jahat".

Haaretz menyalahkan Netanyahu karena secara sistematis menciptakan kondisi yang menyebabkan terbunuhnya enam tawanan yang baru-baru ini dibebaskan.

"Dengan PM Israel menganggap kendali atas rute Philadelphia sebagai "masalah diplomatik dan strategis" dan kabinet keamanan memberikan suara mendukung untuk membiarkan pasukan Israel di sana, hasilnya adalah lebih banyak jenazah tawanan yang dibebaskan," tulis laporan Haarezt.

Hal yang memperburuk keadaan bagi Netanyahu, tiga dari enam tawanan diberi lampu hijau untuk dibebaskan pada tahap awal kemungkinan perjanjian pertukaran tahanan pada bulan Mei.

Namun, otoritas Israel, yang dipimpin oleh perdana menteri, menarik kembali kesepakatan yang telah mereka usulkan dan mengarahkan negosiasi ke jalan buntu.

Surat kabar itu menegaskan bahwa keputusan kabinet keamanan mencerminkan aib mereka yang memprioritaskan apa yang disebutnya "strategi kosong" daripada nyawa dan hidup manusia.

Selain itu, hal itu mengabaikan sikap tentara dan orang-orang Shin Bet yang percaya bahwa Israel seharusnya melepaskan kendali atas koridor Philadelphia, setidaknya untuk waktu yang terbatas.

Baca juga: Panglima Perang Israel dan Bos Mossad Keberatan Prajurit IDF Tetap Bertahan di Koridor Philadelphia

(oln/khbrn/almydn/*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini