News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Perwira Israel: Iran Luncurkan Rudal Berkecepatan 500 Km/Jam, IDF Megap-megap Tanpa Bantuan AS

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang prajurit Israel berjaga saat sebuah jet tempur F-16 bersiap lepas landas (taxing) di Pangkalan Udara Militer Ovda, dekat Eilat, wilayah Palestina yang diduduki, Minggu (24/10/2021).

Perwira Israel: Iran Luncurkan Rudal Jelajah Berkecepatan 500 km/jam, IDF Megap-megap Tanpa Bantuan AS di Gaza

TRIBUNNEWS.COM - Seorang perwira senior Angkatan Udara Israel mengungkapkan sejumlah hal terkait situasi keamanan Israel termasuk saat Iran melakukan serangan balasan pada 13 April silam.

Perwira tersebut memulai pernyataanya dengan mengungkapkan rencana negaranya untuk meningkatkan produksi bom, rudal, dan amunisi lainnya di wilayah pendudukan Israel.

Hal ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan angkatan udara Israel pada pemasok asing, khususnya Amerika Serikat (AS).

Berbicara kepada surat kabar Israel, Haaretz, perwira tersebut menekankan kalau tanpa dukungan Amerika, militer Israel, khususnya angkatan udara, akan menghadapi kesulitan yang signifikan dalam mempertahankan agresinya selama lebih dari beberapa bulan di Jalur Gaza.

Baca juga: Jenderal Top Pentagon Ungkap Kebodohan Berulang Strategi Militer Israel di Gaza: Hamas Itu Ideologi

Rekomendasi agar Israel memproduksi sendiri amunisi dan persenjataan tersebut muncul di tengah meningkatnya keinginan pendudukan Israel untuk meminimalkan ketergantungannya pada pemasok eksternal, menurut laporan surat kabar tersebut.

Pergeseran ini didorong oleh kekhawatiran atas keterlambatan pengiriman senjata dari pemerintahan Biden.

Penundaan ini khususnya memengaruhi Angkatan Udara, karena sebagian besar peralatannya dibeli dari perusahaan-perusahaan Amerika dan didanai melalui bantuan militer AS.

Setelah penundaan ini, pemerintahan Biden, dengan persetujuan Kongres, mengirimkan pasokan militer darurat yang belum pernah terjadi sebelumnya senilai 14 miliar dolar AS, sebagai tambahan bantuan militer tahunan AS sebesar 3,8 miliar dolar AS.

Washington juga memberikan tambahan 500 juta dolar ASuntuk sistem pertahanan udara Israel.

Baca juga: Penerbangan ke-500 Tiba, Israel Terima 50 Ribu Ton Senjata dari AS

Haaretz menarik persamaan antara situasi saat ini dan pengalaman militer Israel saat perang 1967, ketika Presiden Prancis Charles de Gaulle memberlakukan embargo senjata terhadap Israel.

Saat itu, Prancis menghentikan pasokan tank, kapal rudal, dan pesawat Mirage.

Waktu itu, Israel kemudian mengalihkan ketergantungannya kepada AS.

Sejak itu AS menjadi pemasok utama bagi Angkatan Udara Israel dengan semua jet tempurnya, serta beberapa bom, rudal, dan peralatan intelijen.

Dua anggota perlawanan Palestina menggunakan paralayang bertenaga (paramotor) dalam serangan Operasi Banjir Al-Aqsa ke wilayah pendudukan Israel, 7 Oktober 2023. Tentara Israel (IDF) mengakui banyak kegagalan terkait operasi tempur milisi pembebasan Palestina tersebut. (khaberni)

Angkatan Udara Israel Selidiki Kegagalan Antisipasi Serangan Hamas pada 7 Oktober

Perwira, yang nama dan jabatannya anonim dalam laporan Haaretz, mengatakan kalau Angkatan Udara Israel sedang melakukan dua penyelidikan komprehensif terkait situasi keamanan yang terjadi di negara pendudukan.

Penyelidikan pertama berfokus pada peristiwa 7 Oktober, saat terjadinya Operasi Banjir al-Aqsa, sementara penyelidikan kedua memeriksa kondisi Angkatan Udara sejak 8 Oktober.

Perwira itu berharap temuan tersebut akan mengarah pada perubahan mendasar dalam doktrin tempur Angkatan Udara, termasuk keamanan perbatasan, struktur pasukan, kesiapan operasional, dan perlindungan aset dan pangkalan utama Angkatan Udara.

Perwira itu mengakui bahwa Perlawanan Hamas berhasil mencapai pangkalan militer di dekat Gaza selama Operasi Banjir al-Aqsa.

Selain itu, Hizbullah menimbulkan kerusakan pada pangkalan angkatan udara Israel di Gunung Meron dan sistem pengawasan udara Sky Dew di dekat Persimpangan Golani di garis depan utara.

Ia lebih lanjut menyatakan bahwa penyelidikan itu "keras, dan tidak ada keinginan untuk menyembunyikan atau menutupi" kegagalan 7 Oktober.

Penilaian objektif juga akan dilakukan terhadap serangan di Lebanon, Gaza, Suriah, dan serangan di pelabuhan Hodeidah di Yaman.

Perwira itu menambahkan bahwa ia tidak "ingin mencari-cari alasan" atas apa yang terjadi selama Operasi Banjir Al-Aqsa.

Perwira itu menekankan bahwa Angkatan Udara, yang berada di bawah Komando Selatan, tidak sepenuhnya bertanggung jawab atas "kegagalan besar" yang dihadapi oleh Israel dan militernya secara keseluruhan.

Kejutan itu "substansial dan menyeluruh" dibandingkan dengan skenario acuan, dengan intelijen militer dan badan keamanan internal, Shin Bet, yang bertanggung jawab atas kegagalan memberikan peringatan yang memadai tentang kemungkinan operasi, meskipun terbatas pada beberapa lokasi.

Perwira itu mengungkapkan bahwa ada rencana yang mengantisipasi operasi yang melibatkan "puluhan petempur milisi di dua atau tiga lokasi," dengan skenario yang diberi nama sandi "Palestinian Knight."

Tank Merkava Israel tampak hangus dibakar saat serangan Banjir Al-Aqsa milisi perlawanan Palestina yang dipimpin Hamas ke pemukiman dan pangkalan militer Israel di sekitar Jalur Gaza. (tangkap layar)

Detail Kejadian pada 7 Oktober

Perwira itu mengungkapkan, pasukan milisi Perlawanan Palestina menargetkan dua helikopter Israel yang membawa unit penerjun payung pada 7 Oktober.

Helikopter itu terkena tembakan dari darat dan rudal anti-tank.

Unit itu berhasil dengan cepat mengevakuasi helikopter yang rusak parah, yang kemudian terbakar, dengan satu pilot menderita cedera kaki.

Pilot itu sekarang menjadi komandan pangkalan udara.

Pada hari itu, Angkatan Udara Israel menjatuhkan 50.000 bom, rudal, dan peluru di Gaza, dengan dua pertiga serangan terdiri dari bom seberat satu ton, menurut perwira itu.

Sistem persenjataan Iran dilaporkan tengah disiapkan untuk membalas serangan Israel yang menewaskan pemimpin polit biro Hamas, Ismail Haniyeh di Teheran, Rabu (31/8/2024). (Mehr News Agency)

Balasan Iran terhadap Israel

Perwira itu juga mengungkapkan kalau  Iran  bermaksud untuk menimbulkan kerusakan signifikan pada Pangkalan Udara Nevatim di Palestina selatan yang diduduki selama serangan pembalasan bertajuk Operasi True Promise pada 13 April 2024 silam.

Pangkalan itu menampung skuadron jet tempur F-35 Israel sebagai bagian dari operasi tersebut.

Iran juga meluncurkan beberapa rudal permukaan-ke-permukaan di Gunung Hermon di ujung utara Palestina yang diduduki, sebuah langkah yang digambarkan perwira itu sebagai taktik pengalihan.

Petugas itu mengungkapkan kalau empat rudal darat-ke-darat berhasil mengenai sasarannya, termasuk sebuah gedung di Nevatim.

Ia menekankan peran penting yang dimainkan oleh pesawat Amerika, Inggris, dan Prancis dalam mencegat serangan Iran.

Selain itu, ia menyebutkan kalau Yordania dan Arab Saudi memberikan bantuan penting melalui radar dan sistem peringatan terkoordinasi dengan bekerja sama dengan pendudukan Israel dan tiga negara Barat di atas.

Petugas itu menyoroti kerja sama Arab dan internasional yang lebih luas dengan  Israel sebagai "elemen paling penting" dalam mempertahankannya.

Ia merinci kalau operasi serangan balasan Iran atas pengeboman Israel ke konsulat mereka di Suriah itu dimulai dengan peluncuran puluhan pesawat tanpa awak, yang memakan waktu sekitar tujuh jam untuk mencapai wilayah pendudukan Israel.

Kemudian, Iran juga meluncurkan rudal jelajah yang melaju dengan kecepatan 500 km/jam, bersama dengan beberapa ratus rudal darat-ke-darat, beberapa di antaranya adalah rudal Shehab yang dilengkapi dengan hulu ledak mulai dari 500 hingga 1.000 kg.

(oln/almydn/*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini