AS Peringatkan Israel: Kapal Induk Kami Tak Bisa Terus-terusan Ada di Timur Tengah
TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat (AS) dilaporkan telah memperingatkan sekutu dekatnya di Timur Tengah, Israel kalau pasukan angkatan laut AS tidak dapat dikerahkan tanpa batas waktu ke wilayah Asia Barat untuk melindungi Israel.
Laporan itu dilansir Channel 13, Jumat (6/9/2024) di tengah kekhawatiran yang terus berlanjut akan meluasnya perang antara Israel dan Hizbullah di Lebanon.
Baca juga: Fokus AS Bukan Lagi Indo-Pasifik, Kapal-Kapal Perang ke Timur Tengah untuk Show of Force ke Iran
Saluran berita Israel itu melaporkan, sebuah pesan telah dikirim ke Israel bahwa ketegangan dengan Hizbullah dan Iran perlu dikurangi pada tahap tertentu karena "kapal induk (AS) tidak akan bisa tinggal di wilayah itu selamanya."
Ketakutan akan perang regional skala penuh meningkat setelah Israel membunuh komandan utama Hizbullah Fuad Shukr di Beirut dan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran pada akhir Juli.
Hizbullah membalas pembunuhan itu sebagian dengan meluncurkan serangan rudal dan pesawat tak berawak skala besar terhadap target di Israel utara pada 25 Agustus.
Keesokan harinya, Departemen Pertahanan AS mengumumkan pengerahan dua kelompok penyerang kapal induk AS di Asia Barat telah diperpanjang.
Baca juga: Dari Jet F-15E hingga Kapal Serbu Amfibi, Daftar Bantuan Tempur AS untuk Bantu Israel Hadapi Iran Cs
Dalam pengumuman keputusan tersebut, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin menekankan komitmen teguh AS untuk mendukung Israel melawan ancaman dari Iran dan Hizbullah.
Kapal induk Theodore Roosevelt telah tiba di wilayah tersebut pada awal Juli, sementara kapal induk Abraham Lincoln tiba pada pertengahan Agustus.
Theodore Roosevelt menggantikan kapal induk Dwight D Eisenhower setelah pengerahannya ke wilayah tersebut diperpanjang berulang kali awal musim panas ini.
Iran belum membalas pembunuhan pejabat Hamas Haniyeh di Teheran di tengah negosiasi yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas untuk gencatan senjata Gaza dan pertukaran tahanan.
Negosiasi terus terhenti karena upaya Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk memblokir kesepakatan gencatan senjata. Netanyahu terus bersikeras bahwa pasukan Israel mempertahankan pendudukan jangka panjang di koridor Philadelphia di perbatasan Gaza-Mesir dan hak untuk melanjutkan perang setelah pertukaran tahanan.
Pada hari Jumat, Financial Times (FT) melaporkan bahwa militer AS tengah bersiap menghadapi kemungkinan gagalnya perundingan.
Jenderal CQ Brown, ketua Kepala Staf Gabungan AS, menyatakan bahwa "[Saya] berpikir tentang ... [jika] perundingan terhenti atau benar-benar berhenti, bagaimana hal itu memengaruhi ketegangan di kawasan tersebut dan hal-hal yang perlu kita lakukan untuk bersiap jika hal itu berubah."