Sekretaris Jenderal organisasi pan-Arab, Ahmed Aboul Gheit menyebut keputusan tersebut sebagai “kudeta” terhadap Perjanjian Oslo, mengembalikan seluruh situasi ke titik nol dan konsolidasi pendudukan.
Baca juga: IDF Serahkan Kekuasaan ke Sipil Ekstremis di Bawah Smotrich, Tepi Barat di Tepi Aneksasi Israel
Dia menyerukan komunitas internasional “untuk melihat pemerintah Israel secara apa adanya, sebuah pemerintahan rasis sayap kanan yang tidak tertarik pada perdamaian, yang berupaya membongkar simbol Otoritas Palestina dan mengkonsolidasikan realitas pendudukan di Tepi Barat.”
"Keputusan terbaru ini menunjukkan kalau pemerintah Israel sepenuhnya menyerah pada kelompok sayap kanan karena berupaya melemahkan semua komponen solusi dua negara dan mempermalukan komunitas internasional, yang mengambil arah berlawanan, memperluas pengakuannya terhadap negara Palestina," kata juru bicara Aboul Gheit, Jamal Rushdie akhir pekan kemarin.
Dia mengatakan tindakan Israel akan semakin memperburuk situasi di Tepi Barat, memutarbalikkan waktu sebelum Perjanjian Oslo, dan menempatkan Palestina di bawah rezim pendudukan langsung, yang hanya dapat dicap sebagai apartheid.
Pada Jumat (6/9/2024) dini hari, tentara pendudukan Israel (IDF) mundur dari kota Jenin dan kampnya di Tepi Barat.
Penarikan mundur pasukan IDF ini sekaligus menandakan berakhirnya periode pertempuran terpanjang yang sedang berlangsung di wilayah tersebut sejak "Operasi Perisai Pertahanan" pada tahun 2002, yang melibatkan sekitar 30.000 tentara pendudukan.
Baca juga: Pakar Militer: Agresi Besar-besaran Israel di Tepi Barat Persis Buku A Place Under The Sun Netanyahu
Meskipun pengumuman penarikan pasukan oleh Radio Angkatan Darat Israel, dipastikan kalau agresi IDF belum berakhir, kata laporan Al-Mayadeen.
Ada potensi kalau pasukan pendudukan Israel dapat kembali ke Jenin dan daerah lain di Tepi Barat setelah beberapa waktu pasca-agresi besar-besaran ini.
Selain itu, Kantor Berita Palestina, Wafa melaporkan meningkatnya kekhawatiran kalau pasukan pendudukan IDF berpeluang kembali untuk melancarkan serangan lebih lanjut di kota dan kampnya setelah mendirikan pos pemeriksaan militer di sekitar daerah tersebut, seperti yang telah terjadi pada kejadian sebelumnya.
Setelah penarikan pasukan Israel, Pemerintah Kota Jenin telah mulai mengambil langkah-langkah untuk melaksanakan upaya rekonstruksi, seperti yang diumumkan oleh walikotanya.
Baca juga: Brigade Al Qassam Sergap Pasukan Israel di Jenin, IDF Kerahkan Lapis Baja, Buldoser, hingga Sniper
Hal ini terjadi di tengah kerusakan yang signifikan, dengan sekitar 70 persen jalan kota terkena dampak selama 10 hari terakhir agresi yang intens dan terus-menerus.
Agresi tersebut mengakibatkan 22 warga Palestina menjadi korban meninggal, hanya di Jenin, termasuk orang tua dan anak-anak.
Korban tersebar sebagai berikut: 14 di kamp, dua di kota, tiga dari Kafr Dan di sebelah barat Jenin, dua di al-Yamoun di sebelah barat Jenin, dan satu di al-Sayla al-Harithiya di sebelah barat Jenin.
Selain itu, pasukan pendudukan israel juga mundur dari Tulkarm dan kampnya setelah agresi baru yang berlangsung selama empat hari.