TRIBUNNEWS.COM - Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS), Lloyd Austin, mengumumkan tambahan bantuan militer baru ke Ukraina senilai $250 juta yang disiarkan dalam konferensi pers di Jerman pada Jumat (6/9/2024).
AS menambah bantuan militer ketika Ukraina berupaya menghadapi kemajuan pasukan Rusia di timur negara itu.
“Presiden AS Joe Biden akan menandatangani paket bantuan keamanan baru senilai $250 juta untuk Ukraina, yang akan meningkatkan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan Ukraina yang terus berkembang," kata Lloyd Austin dalam pertemuan Kelompok Kontak Pertahanan Ukraina (UDCG) di Pangkalan Udara Ramstein Jerman hari ini.
UDCG secara rutin mengumpulkan perwakilan dari sekitar 50 negara yang memasok senjata ke Ukraina selama invasi yang dilakukan Rusia sejak 2022 lalu.
Sementara itu, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menuntut lebih banyak senjata dari negara-negara pendukung Ukraina yang berkumpul di Jerman.
Ia mengklaim senjata tersebut akan digunakan untuk mengusir pasukan Rusia di wilayah Ukraina.
“Dunia memiliki sistem pertahanan udara yang cukup untuk memastikan bahwa Rusia tidak mencapai hasil apa pun,” kata Zelensky dalam pertemuan itu.
“Saya mendorong Anda untuk lebih aktif bekerja sama dengan kami di bidang pertahanan udara," lanjutnya.
Zelensky juga meminta sekutunya untuk mengizinkan penggunaan rudal jarak jauh, tidak hanya di wilayah Ukraina, tetapi juga di wilayah Rusia.
"Kita perlu memiliki kemampuan jarak jauh ini, tidak hanya di wilayah Ukraina yang terbagi, tetapi juga di wilayah Rusia, sehingga Rusia termotivasi untuk mencari perdamaian," kata Zelensky, seperti diberitakan Al Jazeera.
“Kita perlu membuat kota-kota Rusia dan bahkan tentara Rusia berpikir tentang apa yang mereka butuhkan: perdamaian atau (Presiden Rusia Vladimir) Putin," tambahnya.
Baca juga: Sempat Diam, Barat Akhirnya Pertanyakan Jatuhnya Jet F-16 Ukraina, Dianggap Tergesa-gesa Latih Pilot
Eropa Kehabisan Persediaan Senjata
Saat Zelensky menuntut lebih banyak senjata dari negara-negara Barat, Komisaris Urusan Luar Negeri Uni Eropa (UE), Josep Borrell, menegaskan negara-negara UE telah kehabisan persediaan militer mereka karena pasokan ke Ukraina.
Ia juga menekankan masalah mengizinkan Ukraina menggunakan senjata Barat, terutama senjata ofensif, untuk menargetkan wilayah dalam negeri Rusia, adalah keputusan masing-masing negara.
Sebelumnya ia gagal mengajak negara anggota UE untuk mencabut semua pembatasan penggunaan senjata mereka yang diberlakukan di Ukraina.
Pada 6 Agustus lalu, pasukan Ukraina melancarkan invasi ke Kursk, wilayah Rusia yang berbatasan dengan Sumy, Ukraina.
Sementara pasukan Rusia melakukan operasi untuk menghentikan kemajuan pasukan Ukraina di Kursk, seperti diberitakan Al Mayadeen.
Laporan media mengungkapkan partisipasi pasukan elit Ukraina, dengan dukungan negara-negara Barat dan Amerika Serikat, dalam upaya untuk menembus provinsi Kursk di Rusia, dengan partisipasi lebih dari 10.000 tentara Ukraina.
Sebelumnya, Presiden Rusia, Vladimir Putin, memulai invasinya di Ukraina pada 24 Februari 2022 lalu.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)