Koridor tersebut, yang panjangnya sekitar 14 kilometer dan terletak di perbatasan antara Jalur Gaza dan Mesir, merupakan titik perdebatan utama dalam negosiasi gencatan senjata, karena Israel mengerahkan pasukannya di sana sejak Mei lalu dan menolak untuk mundur.
Sementara itu, sumber Mesir menolak keputusan Netanyahu untuk tetap menduduki Koridor Philadelphia, yang sebelumnya dikendalikan oleh Mesir.
"Mesir menegaskan kembali jaminannya kepada semua pihak terkait bahwa mereka tidak menerima kehadiran Israel di penyeberangan Rafah atau Koridor Philadelphia,” kata Cairo News Channel mengutip sumber senior Mesir.
Yordania Mau Lawan Pengusiran Warga Gaza
Seperti Mesir yang khawatir atas agresi militer Israel di Rafah, Gaza Selatan, Yordania juga menyuarakan kecemasannya atas operasi militer besar-besaran negara pendudukan tersebut di Tepi Barat.
Rafah dan Tepi Barat merupakan zona perbatasan yang sensitif baik bagi Mesir maupun Yordania.
Upaya Israel yang terindikasi mengusir paksa warga Palestina dari rumah-rumah mereka menimbulkan kekhawatiran terjadi pengungsian besar-besaran ke teritorial negara-negara sekitar.
Baca juga: PM Yordania: Pengusiran Warga Palestina dari Gaza Kami Anggap Sebagai Deklarasi Perang
Mesir dan Yordania paling galak menentang Israel soal ini karena masalah pengungsian bisa menimbulkan masalah kestabilan dan keamanan negara masing-masing.
Guna mencegah pengungsian warga Palestina, Menteri Luar Negeri dan Ekspatriat Yordania, Ayman Safadi, Minggu (1/9/2024) bersumpah kalau Yordania akan menggunakan semua sumber daya yang tersedia untuk melawan segala upaya untuk mengusir warga Palestina dari tanah mereka yang diduduki atau ke luar negeri.
Dalam sebuah posting di X, Safadi mengutuk agresi Israel saat ini terhadap Tepi Barat yang diduduki, menyebutnya sebagai bagian dari rencana yang lebih luas dan didorong oleh ideologi yang berakar pada pandangan ekstrem, rasis, dan eksklusif yang dianut oleh pemerintah Pendudukan Israel.
"Kami menolak pernyataan yang dibuat oleh para menterinya yang ekstremis dan rasis yang mengarang ancaman untuk membenarkan pembunuhan mereka terhadap warga Palestina dan penghancuran sumber daya mereka," kata Safadi.
"Pendudukan Israel atas tanah Palestina, kejahatan Israel terhadap warga Palestina, dan eskalasi oleh Israel di wilayah tersebut merupakan ancaman terbesar bagi keamanan dan perdamaian."
Safadi menegaskan bahwa semua klaim Israel yang digunakan untuk membenarkan tindakannya di Tepi Barat adalah salah.
Ia menolak narasi yang dikemukakan oleh pejabat Israel ekstremis yang mengarang ancaman untuk membenarkan kekerasan mereka terhadap warga Palestina dan penghancuran sumber daya mereka.
Ia menyimpulkan bahwa pendudukan Israel dan kejahatannya terhadap rakyat Palestina, bersama dengan eskalasi regionalnya, menimbulkan ancaman terbesar bagi keamanan dan perdamaian regional.