TRIBUNNEWS.com - Israel terus mengalami kerugian besar buntut perang di Gaza yang sudah berlangsung selama 11 bulan.
Anadolu Ajansi mengutip data Kementerian Keuangan Israel pada Minggu (8/9/2024), ekonomi Israel terus memburuk, dengan Produk Domestik Bruto (PDB) negara berada pada angka minus 8,3 persen di bulan Agustus 2024.
Padahal, pada Juni 2024, PDB Israel berada di angka minus 7,6 persen.
Tak hanya itu, defisit anggaran Israel di bulan Agustus 2024 saja, sudah mencapai 3,22 miliar dolar atau sekitar Rp50 triliun.
Sementara, pengeluaran negara meningkat sebanyak 31,8 persen dari tahun ke tahun, hanya dalam delapan bulan pertama.
Selain masalah ekonomi, militer Israel di Gaza juga menghadapi kerugian.
Pada Juni 2024 lalu, surat kabar Israel, Maariv, melaporkan setidaknya lebih dari 500 kendaraan lapis baja Zionis mengalami kerusakan sejak konflik dimulai pada 7 Oktober 2023.
Pasukan yang bertanggung jawab mengangkut kendaraan rusak dilaporkan mengalami kelelahan fisik dan mental.
Konflik yang sedang berlangsung di Gaza telah menguras sumber daya militer Israel secara signifikan, menghabiskan lebih banyak senjata dari yang diantisipasi.
Israel Hadapi Gelombang Unjuk Rasa
Sementara itu, Israel terus menghadapi gelombang unjuk rasa sejak 7 Oktober 2023.
Pada Sabtu (7/9/2024), diperkirakan ada 750.000 warga Israel turun ke jalan, menuntut pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk menyetujui kesepakatan gencatan senjata di Gaza.
Baca juga: 12 Kapal Israel Jadi Sasaran Iran, Panglima Tertinggi IRGC: Ini adalah Serangan Balasan
Desakan itu disampaikan dengan harapan sisa sandera Israel di Gaza bisa segera dibebaskan.
Aksi unjuk rasa itu berlangsung di kota-kota seluruh Israel, termasuk Tel Aviv dan Haifa, Yedioth Ahronoth melaporkan.
Channel 12, sebagaimana dikutip Anadolu Ajansi, mencatat aksi unjuk rasa itu merupakan "salah satu yang terbesar yang pernah ada sejak 7 Oktober 2023."