Sementara itu, pembicara dalam aksi unjuk rasa itu menuduh Netanyahu "bersikeras mempertahankan posisi militer Israel di Koridor Philadelphia untuk menggagalkan kesepakatan pembebasan sandera."
"Dia hanya ingin menjaga pemerintahan sayap kanannya tetap utuh," kata pembicara itu, dilansir The Times of Israel.
The Times of Israel menambahkan pembicara aksi unjuk rasa memimpin teriakan "Netanyahu pembunuh!" yang disambut gemuruh demonstran lainnya.
Gerakan Bring Them Home Now mengunggah di X, "unjuk rasa terbesar dalam sejarah Israel sedang berlangsung saat ini, dengan lebih dari setengah juta pendukung, yang menyerukan kesepakatan yang akan membawa pulang semua 101 sandera. Selain itu, seperempat juta orang berdemonstrasi di seluruh Israel."
Menyusul penemuan enam jenazah tawanan di terowongan Gaza pada pekan lalu, gerakan tersebut mengatakan "rakyat Israel sudah muak."
"Rakyat Israel menyerukan 'Setujui kesepakatan gencatan senjata'," katanya.
Baca juga: Panglima IRGC: Tanda-tanda Kejatuhan Israel Makin Nyata, Yakinlah Pembalasan Akan Datang!
Aksi Protes Meningkat sejak 7 Oktober 2023
Al Jazeera, mengutip data yang dikumpulkan Proyek Data Lokasi dan Peristiwa Konflik Bersenjata (ACLED), antara 7 Oktober 2023 hingga 30 Agustus 2024, mencatat setidaknya ada 1.240 aksi unjuk rasa yang telah terjadi di Israel.
Frekuensinya terus meningkat, menurut data tersebut.
Diketahui, gelombang protes sudah menghantam Israel sejak sebelum perang di Gaza berlangsung.
Lalu, setelah Operasi Banjir Al-Aqsa pecah, hampir 86 persen unjuk rasa menyerukan kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas untuk membebaskan sandera yang ditahan di Gaza.
Setidaknya 494 protes telah ditujukan terhadap pemerintahan Netanyahu, menuntut pemilu lebih awal, sebagian besar karena penanganannya terhadap perang.
Pada November 2023, para negosiator berhasil mencapai gencatan senjata sementara selama tujuh hari, yang memberikan harapan bagi banyak keluarga yang kini berdemonstrasi.
Gencatan senjata saat itu mengakibatkan pembebasan 105 sandera Israel yang "ditukar" 210 sandera Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Namun, sandera Israel lainnya telah meninggal di Gaza dan orang-orang menyalahkan Netanyahu.
Warga Israel menuding Netanyahu tak menginginkan gencatan senjata.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)