Lebih dari 90 persen bangunan sekolah di Gaza rusak parah atau sebagian akibat serangan.
Kemudian, lebih dari separuh sekolah yang menampung orang-orang terlantar terkena dampak, menurut survei pada bulan Juli oleh Education Cluster, kumpulan kelompok bantuan yang dipimpin oleh UNICEF dan Save the Children.
Perang di Gaza kini telah memasuki bulan ke-11, dengan puluhan ribu orang tewas, dan upaya internasional untuk menengahi gencatan senjata antara Israel dan kelompok militan Hamas telah berulang kali terhenti karena mereka saling menuduh mengajukan tuntutan tambahan yang tidak dapat diterima.
Lalu, di wilayah pendudukan Tepi Barat, pasukan Israel melancarkan serangan di beberapa kota yang didukung oleh serangan udara, melanjutkan tindakan keras di seluruh wilayah yang menurut militer menargetkan militan tetapi telah menghancurkan lingkungan sekitar dan menewaskan warga sipil.
Satu serangan udara menewaskan lima orang yang menurut militer adalah militan yang mengancam pasukannya.
Serangan kedua terhadap sebuah mobil menewaskan sedikitnya tiga orang, kata Kementerian Kesehatan Palestina.
Baca juga: Karpet Merah untuk Yahya Sinwar Keluar Gaza, Israel: Ada Tapinya
Tepi Barat juga mengalami peningkatan kekerasan.
Israel telah meningkatkan serangan militernya di sana, dengan mengatakan bahwa mereka berupaya membubarkan kelompok militan dan mencegah meningkatnya serangan militan terhadap warga Israel.
Warga Palestina mengatakan bahwa operasi semacam itu ditujukan untuk memperkuat kekuasaan militer Israel yang tampaknya tidak terbatas atas wilayah tersebut.
Pada saat yang sama, para pemukim Yahudi telah mempercepat serangan terhadap warga Palestina.
Update Perang Israel-Hamas
Diberitakan Al Jazeera, militer Israel mengebom sekolah al-Jaouni yang dioperasikan PBB di Gaza bagian tengah, menewaskan sebanyak 18 orang.
Para saksi mata mengatakan "wanita dan anak-anak hancur berkeping-keping" dalam serangan itu.
Enam korban adalah staf UNRWA, termasuk manajer tempat penampungan.
Badan tersebut mengatakan jumlah korban tewas tertinggi bagi stafnya dalam satu insiden dalam perang yang berlangsung selama 11 bulan.