TRIBUNNEWS.COM - Sumber gerakan Hamas mengatakan tawaran Israel kepada Kepala Biro Politik Hamas, Yahya Sinwar, untuk menyediakan jalan keluar yang aman dari Jalur Gaza adalah hal yang tidak masuk akal.
Sumber itu mengatakan usulan Israel tersebut tidak pernah disampaikan kepada Hamas dan hanya sebatas propaganda.
Menurutnya, perkataan pejabat Israel tentang usulan tersebut tidak masuk akal dan tidak dapat diterima.
Selain itu, ia menegaskan usulan tersebut merupakan indikasi kebangkrutan politik pemerintahan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
Ia juga mengatakan Hamas tidak mengajukan proposal baru mengenai perundingan gencatan senjata dengan Israel di Jalur Gaza yang ditengahi oleh Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat (AS).
"Israel menolak memberikan persetujuan tertulis selama negosiasi, sehingga menunda kesepakatan," kata sumber itu, Jumat (13/9/2024), dikutip dari Al Arabiya.
Dia membenarkan Israel menolak untuk membebaskan 65 warga Palestina yang dijatuhi hukuman penjara seumur hidup di penjara Israel.
Menurutnya, Israel juga menggunakan masalah koridor Philadelphi untuk memperpanjang negosiasi dan juga mengeksploitasinya.
Sejak Mei lalu, tentara Israel mengambil kendali atas koridor Philadelphi, perbatasan Sinai di Mesir dan Rafah di Jalur Gaza selatan, yang dulu dikendalikan oleh Mesir.
Netanyahu bersikeras untuk tetap menduduki koridor Philadelphi dan mencegah pergerakan Hamas yang dituduh menyelundupkan senjata dari luar Jalur Gaza melalui perbatasan tersebut.
Komentar dari sumber Hamas muncul setelah seorang pejabat senior Israel mengumumkan Israel mengusulkan untuk memberikan pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, jalan keluar yang aman dari Jalur Gaza dengan imbalan pembebasan sandera yang ditahannya.
Baca juga: Yahya Sinwar: Kematian Ismail Haniyeh Makin Menguatkan Perlawanan untuk Kalahkan Israel
Pejabat senior Israel itu mengatakan Yahya Sinwar juga harus melepaskan kendali atas Jalur Gaza.
"Kami siap memberikan perjalanan yang aman bagi Sinwar, keluarganya, dan siapa pun yang ingin bergabung dengannya," kata Gal Hirsch, yang bertanggung jawab atas pemerintahan Israel yang menangani kasus krisis sandera, dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg, Selasa (10/9/2024).
Dia juga menjelaskan tawaran ini dibarengi dengan pelucutan senjata Hamas dan mengakhiri pertempuran di Jalur Gaza.
Jumlah Korban di Jalur Gaza
Saat ini, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 41.188 jiwa dan 95.125 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Kamis (12/9/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Anadolu Agency.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel memperkirakan kurang lebih ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel