"Anda diundang untuk membantu membuat sejarah," tulis Theodor Herzl, pendiri Zionisme, dalam surat tahun 1902 kepada Cechil Rhodes, seorang white supremacist atau orang yang menganggap kulit putih lebih unggul.
"Hal itu tidak akan melibatkan Afrika, tetapi sepotong Asia Minor, bukan orang Inggris, tetapi Yahudi. Lalu bagaimana saya berpaling kepada Anda meski ini persoalan yang jauh dari Anda? Bagaimana? Karena itu sesuatu yang kolonial," demikian isi surat Herzl.
Migrasi orang Yahudi ke Palestina meningkat drastis semenjak Deklarasi Balfour dibuat.
Geng paramiliter pun muncul di Palestina. Kelompok teroris seperti Lehi dan Irgun mulai menyerang para pribumi Palestina.
Adapun negara Israel didirikan tahun 1948. Akan tetapi, banyak organisasi internasional yang menganggap Israel sebagai negara apartheid.
"Minyak tetap menjadi komoditas terpenting di dunia saat ini. Minyak menjadi sumber energi yang paling penting untuk dunia, industri, dan perang, dan minyak adalah aset yang paling signifikan secara geopolitik untuk alasan itu," kata Brar.
Baca juga: Paus Fransiskus Mengecam Kematian Anak-anak Gaza Akibat Pemboman Israel
"Tanpa menguasai minyak dan mampu menjarahnya dengan harga paling rendah dengan cara yang mereka lakukan karena posisi kolonial mereka di kawasan itu, maka imperialisme akan berada dalam masalah besar. Apa yang tersisa dalam ekonomi mereka akan tumbang."
Brar kemudian menjelaskan alasan Zionisme sangat penting bagi Barat.
"Alasannya adalah Zionisme adalah alat mereka untuk mengontrol kawasan itu dan sumber daya kawasan itu. Tanpa sumber daya itu, mereka akan berada dalam masalah yang sangat, sangat besar."
(Tribunnews/Febri)