- Pada tanggal 19 Februari, satu Reaper dihancurkan di Kota Al-Hudaydah di Yaman barat.
- Pada tanggal 8 November 2023, Houthi menjatuhkan Reaper di atas Laut Merah.
- Houthi juga menjatuhkan tiga Reapers antara tahun 2017 dan 2019 saat AS berusaha membantu koalisi yang ingin menggulingkan Houthi.
Reputasi AS bisa rusak
Pakar politik dari Universitas Mardin Artuklu, Dr. Mehmet Rakipoglu, mengatakan banyaknya drone AS yang dijatuhkan Houthi bisa memperburuk reputasi militer AS.
“Jatuhnya drone lain bisa berdampak negatif terhadap reputasi militer-industri AS di panggung internasional,” katanya kepada Sputnik.
“Kepercayaan terhadap efektivitas teknologi pertahanan dan kekuatan militer AS bisa berkurang. Ini bisa menyebabkan klien potensial dalam bidang militer dan ekspor teknologi AS menjadi khawatir akan kegagalan produk Amerika di lapangan.”
Di samping itu, keberhasilan serangan Houthi terhadap drone AS bisa mengancam keberlanjutan operasi AS di kawasan Timur Tengah.
Baca juga: Rudal Taer Iran Disebut Ambil Bagian saat Pejuang Houthi Jatuhkan Drone MQ-9 Reaper Amerika Serikat
“Berpotensi mengancam kepentingan regional dan global AS dalam jangka panjang,” katanya.
Rakipoglu menyebut AS kini menghadapi dilema dalam melawan Houthi.
Negara itu enggan terlibat lebih jauh dalam konflik di Timur Tengah lantaran takut bakal memicu perang regional besar-besaran melawan sekutu-sekutu Iran. Namun, kata Rakipoglu, AS juga tidak bisa menarik diri tanpa mempermalukan mukanya.
Menurut pakar Turki itu, Houthi sudah memperlihatkan bahwa mereka punya kemampuan melawan salah satu teknologi tercanggih AS.
“Peralatan buatan dalam negeri dan berharga relatif murah yang digunakan Houthi bisa memunculkan lebih banyak kerugian bagi AS yang pengeluaran militernya mencapai miliaran dolar. Ini tak hanya memunculkan masalah finansial, tetapi juga masalah strategi.”
Keberhasilan Houthi dalam melawan pasukan Barat yang dipimpin AS disebut telah membuat AS dan sekutunya menjadi begitu malu.
Pada hari Jumat pekan lalu, mantan Komandan Angkatan Laut Inggris, Tom Sharpe, mengakui kegagalan Barat membuat Houthi bertekuk lutut.
“Kami menghabiskan miliaran dan miliaran dolar, tetapi tidak menang. Ini masalah nyata,” kata Sharpe.
(Tribunnews/Febri)