Poster-poster besar pemilu tergantung di jalan-jalan kota Cottbus, sebuah kota di negara bagian Brandenburg, yang sering menjadi berita utama karena ekstremisme kanan dan serangan rasis.
Tapi sekarang banyak poster menampilkan seorang perempuan kulit hitam yang tengah tersenyum. Di poster itu juga tertulis teks Miteinander!, sebuah kata dalam bahasa Jerman yang berarti "bersama-sama" atau "satu dengan yang lain."
Politisi kelahiran Kamerun, Adeline Abimnwi Awemo, dari Partai CDU adalah satu-satunya kandidat kulit berwarna untuk parlemen negara bagian Brandenburg. Ia akan berlaga pemilihan regional pada tanggal 22 September.
Pemilih di kawasan Jerman timur semakin beralih ke partai populis dalam beberapa tahun terakhir. Sebuah jajak pendapat terbaru untuk Brandenburg menunjukkan partai CDU tertinggal di posisi ketiga dengan 18%, di belakang Partai Sosialdemokrat SPD dengan 23%. Sedangkan lebih dari seperempat pemilih Brandenburg berniat untuk memilih partai sayap kanan Alternative für Deutschland (AfD), menurut lembaga survei Dimap Infratest.
"Saya khawatir, tetapi saya tidak takut," katan Adeline Abimnwi Awermo kepada DW. "Saat bersama, Anda dapat menemukan solusi." Itulah yang ia maksudkan dengan slogan "Miteinander", jelasnya.
Serangan rasial saat memasang poster
Namun tidak semua orang bersikap terbuka. Pada bulan Juli, seorang perempuan diberitakan melakukan pelecehan dan serangan bersifat rasis terhadap Awemo saat ia sedang memasang poster pemilu.
Perempuan itu diduga menyerang Awemo secara fisik saat ia mencoba memulai percakapan. Politisi CDU tersebut dibawa ke rumah sakit untuk dirawat karena luka-lukanya.
"Sungguh mengejutkan bahwa hal seperti itu terjadi, karena saya belum pernah mengalami rasisme semacam itu selama 22 tahun di Cottbus," katanya.
Suara dan nada bicara Awemo berubah saat berbicara tentang insiden tersebut. Ia terdengar lelah dan tidak ingin membicarakannya.
"Serangan yang terjadi pada saya ini, dapat terjadi pada siapa saja," katanya. "Namun, kita tidak boleh mengabaikan sisi positif kota Cottbus."Sekarang dia harus memberi tahu polisi tentang setiap acara kampanye dan terkadang harus mendapat perlindungan ekstra.
Menemukan komunitas di Cottbus
Awemo lahir di Kumba, sebuah kota di wilayah berbahasa Inggris di Kamerun. Ia ke Cottbus pada tahun 2002 untuk belajar di Universitas Teknologi Brandenburg.
Saat itu, ia merasa asing di kota tersebut. Jika mengingat kembali, ia ingat menghadiri Misa di gereja Katolik tanpa mengerti sepatah kata pun bahasa Jerman dan "hanya tersenyum."
"Banyak orang di gereja yang mendatangi saya dengan berbagai ide dan mencoba membagikannya kepada saya," katanya. "Saya tidak pernah mengambil kursus bahasa Jerman. Bahasa Jerman yang saya kuasai saat ini saya pelajari dari orang-orang Cottbus."
Politisi yang kini menganggap diri sebagai warga Cottbus menceritakan dia mendapatkan bantuan di setiap tahap kehidupannya, termasuk saat ia memulai keluarga dan karier. Itulah sebabnya Awemo ingin memberi sesuatu kepada kota itu. Ia yakin pengalamannya sebagai imigran dapat memberikan banyak manfaat, terutama ketika migrasi menjadi topik penting di Jerman.