TRIBUNNEWS.COM - Menteri Kesehatan Lebanon, Firass Abiad, mengumumkan sebanyak 37 orang tewas setelah perangkat genggam yang digunakan oleh anggota Hizbullah meledak di Lebanon.
Sekitar 3.000 pager yang dibawa oleh anggota Hizbullah berbunyi beberapa kali sebelum meledak secara bersamaan pada Selasa (17/9/2024).
Sementara, terjadi serangan melibatkan radio genggam atau walkie talkie di Lebanon pada Rabu (18/9/2024).
Serangan yang terjadi di Lebanon tersebut dituduhkan kepada Israel.
Dilansir Arab News, sebanyak 2.931 orang dilaporkan luka-luka.
Firass Abiad menyampaikan, sebanyak 12 orang tewas pada hari Selasa.
Kemudian, sebanyak 25 orang tewas pada hari Rabu.
Data ini memperbarui jumlah korban sebelumnya yang berjumlah 32 orang.
Hizbullah Ungkap 20 Anggotanya Tewas
Kelompok Hizbullah Lebanon mengatakan, 20 anggotanya tewas.
Pada Kamis (19/9/2024), sumber yang dekat dengan kelompok itu mengatakan kepada AFP bahwa mereka tewas dalam ledakan walkie-talkie yang dituduhkan kepada Israel sehari sebelumnya.
Baca juga: Tepis Rumor Miring, ICOM Klaim Sudah 10 Tahun Tak Produksi Walkie-Talkie yang Meledak di Lebanon
Kelompok itu mengirim pemberitahuan kematian terpisah untuk setiap anggota dari Rabu malam hingga Kamis pagi.
Hizbullah mengatakan, mereka telah tewas "di jalan menuju Yerusalem" — frasa yang digunakan oleh Hizbullah untuk merujuk pada pejuang yang dibunuh oleh Israel.
"20 anggota Hizbullah tewas oleh ledakan walkie-talkie di seluruh Lebanon pada hari Rabu," kata sumber itu kepada AFP, yang meminta anonimitas untuk membahas masalah-masalah sensitif.
Serangan di Lebanon Diduga Ulah Mossad
Seorang pejabat Amerika Serikat (AS) mengatakan kepada AP bahwa Israel telah memberi penjelasan kepada Washington tentang serangan di Lebanon setelah serangan itu dilakukan.