News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Hampir 70 Orang Tewas dalam Serangan Al Qaeda di Mali

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Serangan besar-besaran oleh afiliasi Al Qaeda di ibu kota Mali minggu ini menewaskan sekitar 70 orang, sumber diplomatik dan keamanan mengatakan pada hari Kamis (19/9/2024) kemarin.

Sejak konflik di Mali meletus, kekerasan telah menyebar ke negara-negara tetangga di wilayah Sahel dan mencapai wilayah utara negara-negara pesisir.

Ribuan orang telah terbunuh dan jutaan orang mengungsi di wilayah tersebut, dan beberapa pejuang bersekutu dengan Al Qaeda atau ISIS.

Serangan itu terekam dalam video yang dipublikasikan di media sosial yang menunjukkan pemberontak membakar jet kepresidenan dan mayat-mayat di akademi polisi.

Hanya beberapa hari sebelumnya, pemimpin junta Mali Assimi Goita, yang merebut kekuasaan melalui kudeta pada tahun 2021, mengatakan tentaranya telah secara signifikan melemahkan kelompok bersenjata yang dilawannya dengan bantuan Rusia.

Serangan itu juga terjadi setelah pertempuran yang menelan banyak korban pada bulan Juli, ketika pemberontak menyapu bersih sejumlah tentara bayaran Rusia yang berpengalaman dan pasukan Mali dalam pertempuran di dekat perbatasan utara Mali dengan Aljazair.

Staf umum mengakui pada Selasa malam bahwa "beberapa nyawa manusia hilang", terutama personel di pusat 

Ucapan belasungkawa dan kecaman

Dikutip dari France24, tetangga Mali, Senegal dan Ketua Komisi Uni Afrika Moussa Faki Mahamat pada Kamis mengutuk serangan tersebut.

Kedutaan Besar Prancis di Bamako menyampaikan "ucapan belasungkawa kepada pemerintah Mali".

Para ahli mengatakan serangan itu melemahkan strategi militer dan retorika junta yang mengklaim situasi keamanan terkendali meskipun para jihadis berkeliaran di wilayah Sahel selama bertahun-tahun.

Peristiwa Selasa sebagian besar memicu kecaman dan seruan untuk persatuan di Mali.

Dengan latar belakang pembatasan ketat terhadap kebebasan berekspresi di bawah junta, hampir tidak ada tokoh masyarakat yang bersuara menentang kelalaian keamanan yang nyata.

Surat kabar Nouvel Horizon, salah satu suara berbeda yang langka, menulis di halaman depannya bahwa sudah "waktunya untuk menyalahkan semua tingkatan".

Banyak warga Mali yang menggunakan media sosial untuk menuntut agar mereka yang bertanggung jawab atas pelanggaran keamanan dihukum.

Peristiwa tersebut juga menimbulkan kekhawatiran bahwa komunitas tertentu dapat menjadi sasaran pembalasan.

 (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini