Abu Zaid menjelaskan, rantai pengambilan keputusan di Hizbullah sangat kuat. Dan meski sistem komando dan kendalinya dihancurkan dalam waktu 72 jam, sistem persenjataan dan persenjataan militer tidak mengalami kerugian besar.
Dia menjelaskan, hal ini bisa menjadi faktor bagi Hizbullah untuk "Memulihkan rantai komando pengambilan keputusan dan membangun sistem komando dan kendali dengan cepat, sehingga gerakan tersebut akan mungkin dapat mereproduksi operasinya terhadap bagian utara wilayah Israel pada tingkat yang sama atau kurang dari sebelum serangan".
Terbukti, Hizbullah mampu membalas secara cepat dengan menargetkan pangkalan udara dan pangkalan rudal Israel di utara.
Baca juga: Komandan Pasukan Radwan Tewas, Hizbullah Balas Serang Pangkalan Rudal Israel Pakai Peluru Kendali
Pun begitu, Abu Zaid mengindikasikan kalau Hizbullah tidak akan melakukan pembalasan besar-besaran, setidaknya dalam waktu dekat.
"Karena mereka menyadari bahwa mereka tidak menginginkan eskalasi lebih lanjut yang mungkin berdampak pada struktur organisasi gerakan," katanya.
Abu Zaid menambahkan bahwa Israel menang secara taktis, namun kalah secara strategis dalam palagan kali ini dengan membandingkan persamaan untung dan rugi di semua medan pertempuran yang tengah dihadapi pasukan Israel (IDF).
"Mereka mencoba menyerang melalui operasi militer di utara (Lebanon) untuk menutupi kerugiannya di selatan, di Gaza dan Tepi Barat," kata Abu Zaid.
(oln/khbrn/*)