News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Eskalasi Kian Liar, Israel Tetapkan Keadaan Darurat di Seluruh Negeri, Hizbullah Tak Ada Habisnya

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas tanggap darurat dan pasukan keamanan Israel berkumpul di tengah puing-puing dan kendaraan yang hangus di Kiryat Bialik, distrik Haifa, Israel, menyusul serangan yang dilaporkan oleh Hizbullah Lebanon pada 22 September 2024. - Hizbullah mengatakan pada 22 September bahwa mereka menargetkan fasilitas produksi militer dan pangkalan udara di dekat Haifa, Israel utara, setelah militer Israel menggempur Lebanon selatan dan mengatakan mereka menargetkan ribuan laras peluncur roket. (Photo by Jack GUEZ / AFP)

Eskalasi Makin Liar, Israel Tetapkan Keadaan Darurat di Seluruh Negeri, Hizbullah Baru Sedikit Berkeringat

TRIBUNNEWS.COM - Lembaga Penyiaran Publik Israel, KAN, pada Senin (23/9/2024) malam melaporkan kalau pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu segera meratifikasi deklarasi keadaan darurat di seluruh negeri.

Khaberni melaporkan, pihak berwenang Israel mengatakan keputusan itu akan berlaku segera dan selama seminggu.

Sementara itu, juru bicara militer Israel (IDF) Daniel Hagari mengatakan situasi di front utara sangat sulit.

Baca juga: Israel Mau Usir Paksa Massal Warga di Gaza Utara, IDF: Warga Lebanon Simpan Rudal-Rudal Hizbullah

Dia menambahkan dalam pernyataannya pada Senin sore, kalau IDF menargetkan infrastruktur Hizbullah di berbagai wilayah Lebanon.

"Kami menyerang infrastruktur yang didirikan Hizbullah di Lebanon selama bertahun-tahun," kata Hagari.

Hagari melanjutkan, "Tidak ada perubahan pada instruksi lini depan, dan kami siap mengubah instruksi lini depan kapan saja,".

Dia menambahkan, "Kami mengebom lebih dari 300 sasaran di Lebanon untuk menghancurkan kemampuan Hizbullah."

Hagari berkata, "Kami tidak akan membiarkan Hizbullah menggunakan sarana tempurnya untuk menyerang Israel."

"Kami memiliki satu misi, yaitu mengembalikan orang-orang di utara, dan kami akan melakukan apa pun," kata Hagari.

Target Israel ini membuat eskalasi di front utara makin liar.

Masifnya pemboman Israel dibalas Hizbullah dengan rentetan serangan ke berbagai area pendudukan yang belum pernah terjadi sebelumnya, termasuk di kota pelabuhan utama pendudukan, Haifa.

Seorang anggota pasukan keamanan Israel berjaga di dalam area yang ditutup di Kiryat Bialik di distrik Haifa, Israel, yang menjadi sasaran serangan yang dilaporkan oleh Hizbullah Lebanon pada tanggal 22 September 2024. - Hizbullah mengatakan pada tanggal 22 September bahwa mereka menargetkan fasilitas produksi militer dan pangkalan udara di dekat Haifa, Israel utara setelah militer Israel menggempur Lebanon selatan dan mengatakan mereka menargetkan ribuan laras peluncur roket. (Photo by Jack GUEZ / AFP) (AFP/JACK GUEZ)

Hari-Hari Sulit Israel

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan Israel akan menghadapi hari-hari yang sulit setelah militer Israel meluncurkan serangan udara skala besar ke Lebanon pada Senin (23/9/2024).

Serangan itu membunuh 492 orang dan melukai lebih dari 1.645 orang.

"Israel berada di puncak hari-hari yang rumit,” kata Netanyahu dalam pernyataan dari Ruang Operasi Kementerian Pertahanan pada Senin kemarin.

"Saya berjanji bahwa Israel akan mengubah keseimbangan kekuatan di utara, dan inilah yang sebenarnya kami lakukan," lanjutnya, merujuk pada pengungsian pemukim Israel dari perbatasan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki, akibat serangan Hizbullah.

Ia menegaskan Israel tidak akan menunggu datangnya ancaman dari Hizbullah dan memilih mendahuluinya.

"Israel tidak menunggu ancaman tersebut, melainkan mendahuluinya, di mana pun dan kapan pun," tambahnya, seperti diberitakan Al Jazeera.

Netanyahu mengklaim serangan besar di Lebanon kemarin bertujuan untuk menghancurkan persenjataan Hizbullah yang akan digunakan untuk menyerang Israel.

"Angkatan Udara Israel menghancurkan ribuan rudal yang diarahkan ke kota-kota Israel," katanya.

Netanyahu dikabarkan berada di markas Angkatan Udara Kementerian Pertahanan Israel di Tel Aviv sejak pagi hari untuk menindaklanjuti serangan di Lebanon.

Sebelumnya, tentara Israel mengumumkan pada Senin malam, mereka telah mengebom sekitar 1.300 sasaran Hizbullah di seluruh Lebanon dalam waktu 24 jam.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengatakan tentara Israel menghancurkan apa yang dibangun Hizbullah 20 tahun lalu.

Baca juga: Hizbullah Mengganas, Bombardir Galilea Pakai Rudal, Tentara Israel Tewas, Pemukim Yahudi Luka Parah

“Kami sedang menyerang target dan mempersiapkan tahap selanjutnya," kata Yoav Gallant dalam pernyataannya dari markas Komando Operasi pada Senin kemarin.

Tentara Israel tidak menutup kemungkinan akan melakukan invasi darat ke Lebanon dan Yoav Gallant menilai Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, mulai kehilangan pasukan terbaiknya.

"Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, menjadi sendirian, dan seluruh unit Pasukan Radwan meninggalkan lingkaran kerja," lanjutnya, BBC.

Sebelumnya, Israel membunuh 16 anggota Pasukan Radwan Hizbullah melalui serangan udara pada Jumat (20/9/2024), termasuk dua komandan senior, Ibrahim Aqeel dan Ahmed Wehbe.

Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah mendukung perlawanan Palestina, Hamas, dan terlibat pertempuran dengan Israel di perbatasan Lebanon selatan dan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki.

Hizbullah bersumpah akan berhenti menyerang Israel jika Israel dan Hamas mencapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza.

Baru Sebagian Kecil Kekuatan

Mantan komandan pertahanan udara tentara Israel (IDF), Brigadir Jenderal Zvika Haimovich mengakui kehebatan rudal Hizbullah.

Komentar Haimovich ini muncul setelah Hizbullah berhasil mengirim 180 rudal dalam satu jam pada hari Senin (23/9/2024).

Menurut Haimovich, peluncuran rudal tersebut belum menunjukkan semua kekuatan Hizbullah.

"Hizbullah belum menembakkan rudalnya secara maksimal," kata Haimovich, dikutip dari Al Mayadeen.

Ia juga tidak setuju dengan pernyataan di mana menyebutkan saat ini Hizbullah telah kehilangan 50 persen persediaan rudal.

Haimovich mengatakan bahwa kemampuan peluncuran Hizbullah hampir tak terbatas.

"Pada dasarnya, kemampuan Hizbullah tidak ada habisnya," jelasnya.

Terlebih selama dua hari terakhir, Israel hanya menyaksikan sebagian kecil kehebatan Hizbullah.

Pernyataan Haimovich ini muncul setelah mantan Penasihat Keamanan dan kepala Departemen Penelitian Direktorat Intelijen Militer Israel, Mayor Jenderal Cadangan Yaakov Amidror yang juga memuji kehebatan Hizbullah.

Dalam pernyataannya, Amidror mengatakan bahwa Israel tidak akan mampu mengalahkan kemampuan Hizbullah.

Menurut Amidror, Hizbullah memiliki sekitar 100.000 roket.

"Jika kita berhasil mencapai 30.000, mereka masih memiliki 70.000, yang berarti tujuh kali lipat dari yang dimiliki Hamas," tegasnya.

Baca juga: Hizbullah Menyerang Wilayah Haifa Israel dengan Roket, Balasan atas Serangan Israel di Lebanon

Hizbullah juga mampu menyerang Tel Aviv dan melumpuhkan wilayah udara dan pembangkit listrik Israel, serta pangkalan Angkatan Udara, meskipun ada operasi militer.

Sehingga ini menunjukkan bahwa Israel akan sangat sulit mengalahkan kemampuan Hizbullah.

Sebagai informasi, selama hampir setahun, Hizbullah terlibat dalam baku tembak hampir setiap hari dengan pasukan Israel di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel untuk mendukung warga Palestina di Gaza. 

Terbaru sejumlah kota di Israel utara menjadi sasaran rudal Hizbullah pada Selasa pagi, sebagai tanggapan atas kampanye udara mematikan Israel di Lebanon.

Hizbullah mengatakan pihaknya meluncurkan puluhan rudal di kota Qiryat Shemona di utara Israel.

Serangan juga menyasar pabrik bahan peledak sejauh 60 km (37 mil) ke Israel, dengan serangkaian roket Fadi.

Dikatakan bahwa mereka menyerang pabrik bahan peledak tersebut sekitar pukul 04.00 pagi waktu setempat dan lapangan udara Megiddo tiga kali dalam semalam.

Jumlah Korban di Jalur Gaza

Saat ini, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 41.455 jiwa dan 95.878 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Senin (23/9/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Anadolu Agency.

Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.

Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

 

(oln/khbrn/*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini