News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Yordania Ogah Mengekspor Tomat ke Israel Saat Pertanian Negara Zionis Hancur Gegara Hizbullah

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petani buah di Israel Utara dilaporkan merugi 500 juta shekel imbas lahan pertaniannya jadi sasaran serangan kelompok bersenjata Hizbullah dari Lebanon. Foto: Almayadeen

Yordania Ogah Mengekspor Tomat ke Israel Saat Pertanian Negeri Zionis Hancur Gegara Hizbullah

TRIBUNNEWS.COM - Yordania dilaporkan menolak mengekspor tomat ke negara tetangga mereka yang tengah berkonflik, Israel.

Keengganan Yordania mengirimkan hasil pertanian itu bahkan setelah Kementerian Kesehatan Israel memberlakukan kembali impor produk pertanian dengan syarat tertentu, Ynet melaporkan pada Selasa (24/9/2024).

Impor tomat tersebut ditangguhkan bulan lalu karena kekhawatiran tentang kolera.

Baca juga: Yordania: Israel Mendorong Seluruh Kawasan Timur Tengah Menuju Jurang Kehancuran

Layanan Pangan Nasional kementerian Israel tersebut meminta penghentian pengiriman beberapa buah dan sayuran segar dari Yordania setelah mereka dinyatakan positif terkena bakteri kolera, dalam limpasan dari Sungai Yarmuk, anak sungai terbesar di Sungai Yordan.

Sumber di Kementerian Pertanian Israel mengatakan bahwa "orang Yordania tersinggung oleh pengumuman sepihak tersebut dan sedang menunggu permintaan maaf dari Kementerian Kesehatan Israel." 

Menurut sumber tersebut, Amman dapat menggunakan insiden tersebut sebagai alasan untuk "menghukum" Yerusalem atas konflik berkepanjangan dengan kelompok perlawanan di Gaza dan Lebanon.

"Dengan kekurangan tomat global dan meningkatnya permintaan, petani Yordania tidak memiliki masalah dalam mencari pasar alternatif," sumber tersebut menambahkan.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. (IG @rterdogan)

Boikot oleh Turki

Israel beralih ke Yordania untuk membeli tomat setelah sebelumnya mengandalkan impor dari Turki.

Namun, Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan melarang ekspor ke negara Yahudi tersebut untuk mendukung perjuangan Hamas.

Boikot Turki dan penurunan hasil panen dalam negeri akibat cuaca panas ekstrem musim panas lalu berkontribusi terhadap kekurangan tomat di Israel.

Kementerian Pertanian dan Keamanan Pangan Israel mengatakan pada hari Senin bahwa mereka akan membuka kuota impor tambahan untuk 5.000 ton tomat bebas tarif yang berlaku hingga Desember.

Kuota 5.000 ton serupa telah disetujui pada pertengahan Agustus oleh Kementerian Kesehatan, dengan 2.500 ton telah masuk ke Israel, sebagian besar dari Polandia.

Meskipun ada pengecualian tarif, harga tomat tetap tinggi karena kekurangan global dan tingginya permintaan di Israel, dengan tomat biasa dijual di sebagian besar toko seharga 12 shekel (sedikit di atas $3,00), dan hingga 15 shekel ($4,00) di beberapa toko dan tomat kluster naik antara 25 ($6,50) dan 45 shekel ($12,00) per kilogram (2,2 pon), yang berkontribusi terhadap peningkatan 10 persen dalam Indeks Harga Konsumen.

Orang Israel mengonsumsi sekitar 14.000 ton tomat per bulan rata-rata.

Produksi lokal biasanya memenuhi sebagian besar permintaan, ditambah dengan impor, tetapi tahun ini tidak demikian. 

Baca juga: Benarkah Yordania Lindungi Israel? Dilema Kerajaan Hashemite, Nikmati Bantuan AS, Target Empuk Iran

Polisi berjaga saat para demonstran Yordania di Amman membawa bendera dan spanduk selama protes mendukung warga Palestina di Gaza, pada 10 November 2023. (Reuters/SC AN)

Dukungan Yordania Buat Palestina

Yordania, dengan penduduk mayoritas Palestina yang diperintah oleh kerajaan Hashemite, telah menunjukkan permusuhan terbuka terhadap Israel sejak serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober, termasuk demonstrasi di ibu kota Amman.

Demonstrasi besar-besaran diadakan di seluruh Yordania selama akhir pekan untuk mendukung Maher al-Jazi, warga Yordania  engemudi truk Yordania yang melakukan serangan penembakan di Allenby Crossing awal bulan ini.

Tiga petugas keamanan Israel di perbatasan, Yochanan Shchori, 61, Yuri Birnbaum, 65, dan Adrian Marcelo Podsmesser, 57, dilaporkan tewas dalam serangan tunggal tersebut.

Meskipun Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersikeras bahwa serangan di Lebanon ditujukan kepada gerakan Hizbullah dan bukan rakyat Lebanon, Raja Yordania Abdullah II menentang operasi Israel tersebut dalam panggilan telepon pada Senin malam dengan Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati.

Abdullah mengatakan bahwa “Yordania mendukung Lebanon dalam menghadapi perang Israel terhadapnya” dan memperingatkan tentang “eskalasi Israel.”

 Ia juga menyatakan, “Menghentikan eskalasi di wilayah tersebut dimulai dengan mengakhiri perang di Gaza.”

Serangan Hizbullah Hancurkan Pertanian Israel, Rugi Rp 2 Triliun

Sektor pertanian Israel sejak Januari dilaporkan sudah mengalami kerugian karena terus meningkat eskalasi di front Utara seiring berlanjutnya pertempuran dengan Hizbullah.

Hal itu diperparah oleh meningkatnya jumlah pengungsi dari pemukiman Israel di dekat perbatasan Lebanon yang membuat aktivitas ekonomi terhenti.

Demikian yang dilaporkan surat kabar Israel Yedioth Ahronoth, dikutip Kamis (18/1/2024).

Baca juga: Sibuk Hancurkan Gaza, Agrikultur Israel Morat-marit, Hasil Panen Yordania Banjiri Pasar 

Ynet, portal online surat kabar tersebut, melaporkan kalau ketakutan akan kekuatan Hizbullah telah menyebabkan kerugian finansial yang besar bagi para pemukim di utara, terutama para petani, karena mereka tidak dapat bekerja di lahan pertanian yang mereka rampas dari masyarakat Palestina utara dan Lebanon selatan.

Menurut outlet Israel tersebut, kerugian mencapai 500 juta shekel (131 juta dolar AS atau setara Rp 2 Triliun).

“Petani di wilayah utara mengeluhkan kesulitan mencapai lahan pertanian di sepanjang wilayah perbatasan, dan ada dua kerugian yang dialami: buah yang belum dipanen dan kerusakan yang terjadi pada musim panen berikutnya,” kata situs web tersebut.

Laporan itu juga mencatat, sejauh ini belum ada yang menghubungi para petani di wilayah utara mengenai skema kompensasi apa pun karena tanaman mereka membusuk di tanah.

Baca juga: Terusir dari Tanah Pendudukan, Pemukim Utara Israel Tak Bisa Segera Kembali ke Rumah Mereka

Yaron Belhassan, CEO Organisasi Petani Buah di "Israel", mengatakan kepada Ynet, kerusakan parah terjadi pada kelangsungan fungsi pertanian di perbatasan utara, karena para petani tidak dapat merawat lahan pertanian mereka dan merawat tanaman mereka sebagai bagian dari persiapan yang diperlukan untuk musim tanam 2024.

Menurut Belhassan, "Ada pembicaraan mengenai kerusakan parah, dan para petani menuntut dibuatnya rencana aksi untuk menerima kompensasi penuh atas kerusakan yang mereka timbulkan, seperti yang terjadi selama perang Lebanon kedua."

“Jika [kompensasi tidak diberikan], seluruh fasilitas akan runtuh,” dia memperingatkan.

Presiden Federasi Petani Israel Dubi Amitay menyerukan untuk tidak menanami lahan terbuka apa pun yang terlihat oleh pihak Lebanon.

Dia menambahkan, meskipun kerusakan tidak dapat diperkirakan secara tepat, diperkirakan kerugian mencapai 500 juta shekel antara al-Jalil dan wilayah Suriah yang diduduki Israel, dataran tinggi Golan.

Baca juga: Tipu-tipu Tentara Israel Agar Pemukim Utara Gak Ngamuk: Ngaku Menyusup ke Lebanon Padahal Kagak

Pemukim Israel tengah menyortir buah delima hasil pertanian mereka di wilayah Askalan, wilayah Palestina yang diduduki Israel, Oktober 2023.

Para Pemukim Israel Takut Kembali ke Utara

Sebuah laporan yang diterbitkan di The Washington Post membahas krisis yang dihadapi oleh pemukim Israel di tengah peningkatan eskalasi militer di front utara dengan Hizbullah di Lebanon selama sekitar tiga bulan.

Intensitas pertempuran dilaporkan menyebabkan ribuan dari mereka meninggalkan rumah mereka karena takut akan serangan Hizbullah.

“Ini bukan zona perang resmi. Namun ledakan artileri Israel dan rudal Hizbullah bergema di pegunungan yang dipenuhi bebatuan hampir setiap hari,” tulis laporan itu.

David Shtift, seorang pemukim Israel di Kibbutz (pemukiman/desa) Eilon, mengatakan, "Apa yang terjadi di selatan [yaitu di Gaza] persis seperti yang kami katakan bisa terjadi di sini [di Palestina utara], dan masih bisa terjadi."

"Itu nyata," kata Shtift.

Baca juga: Ancam Lebanon, Utusan AS: Belajarlah dari Gaza, Singkirkan Hizbullah dari Perbatasan Israel

Laporan tersebut mengklaim bahwa setidaknya 70.000 pemukim Israel telah meninggalkan permukiman di wilayah utara setelah operasi Perlawanan Hizbullah, sehingga mengubah wilayah tersebut menjadi zona militer tertutup.

Disebutkan bahwa beberapa batalyon Israel yang terdiri dari ribuan tentara telah dikerahkan di sana.

Menurut Washington Post, pembunuhan Wakil Kepala Biro Politik Hamas, Saleh al-Arouri, di Beirut oleh Israel "meningkatkan ketakutan di wilayah tersebut bahwa pertempuran di sepanjang perbatasan yang bergejolak ini dapat meledak menjadi perang habis-habisan."

Laporan tersebut mencatat bahwa Israel menganggap Hizbullah “sebagai tentara yang memadai dengan pelatihan canggih dan persenjataan sekitar 150.000 rudal,” dan menambahkan bahwa banyak pemukim Israel khawatir bahwa pemerintah Israel, sekali lagi, meremehkan ancaman mematikan tersebut.

Israel kemudian mengambil tindakan pada pertengahan September ini dengan memperluas tujuan perang mereka, mencakup pemulangan kembali para pemukim utara yang mengungsi karena serangan Hizbullah.

Sejauh ini, Israel mengintensifkan pemboman udara ke wilayah Lebanon yang mengakibatkan ratusan warga Lebanon tewas. Meski begitu, rencana penyerbuan darat Israel ke Lebanon belum terlaksana.

 

(oln/jns/almydn/Ynet/WP/*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini