TRIBUNNEWS.COM – Amerika Serikat (AS) dan Inggris mengirimkan pasukan ke Siprus di tengah panasnya situasi politik dan keamanan di Asia Barat.
Eskalasi di kawasan itu makin buruk setelah Israel melancarkan serangan udara besar-besaran ke Lebanon minggu ini.
CNN melaporkan AS sudah mengirimkan puluhan tentara ke Siprus. Mereka disiapkan untuk melakukan tugas tertentu, termasuk operasi evakuasi warga AS apabila perang besar meletus.
Awal minggu ini juru bicara Kementerian Pertahanan AS Mayjen Pat Ryder telah berujar, pihaknya akan mengerahkan “sejumlah kecil personel militer” ke Asia Barat.
Namun, dia menolak mengungkapkan jumlah tentara, tempat tujuan, dan unit apa yang dikerahkan.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken pada hari Rabu berkata, negaranya sedang “bekerja tanpa lelah” untuk mengupayakan solusi demokratik demi mencegah meletusnya perang besar Israel-Lebanon.
“Risiko eskalasi di kawasan ini gawat, dan saya paham bahwa kita semua sangat memfokuskannya,” kata Blinken di sela-sela rapat Majelis Umum PBB di New York.
Adapun seorang pejabat AS pada hari Senin berujar, Asia Barat kini di ambang perang regional.
Salah satu kekhawatiran terbesar AS ialah keterlibatan Iran dalam konflik Hizbullah-Israel. Pejabat itu menyakini Iran akan melibatkan diri apabila Hizbullah benar-benar terancam.
Sebagaimana AS, Inggris juga mengirimkan pasukan ke Siprus. Jumlahnya dilaporkan mencapai 700 personel.
Pasukan Inggris disiapkan untuk menangni evakuasi darurat warga Inggris dari Lebanon. Sebelumnya, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer meminta warganya di Lebanon untuk segera angkat kaki dari sana.
Baca juga: Pentagon: Invasi Darat IDF ke Lebanon Terserah Israel, AS Tak Terlibat tapi Siap Bantu jika Diminta
Menurut laporan The Guardian, Angkatan Udara Inggris juga menyiagakan pesawat dan helikopter untuk berjaga-jaga apabila nantinya diperlukan.
Inggris ingin belajar dari pengalaman sebelumnya ketika mengevakuasi warganya dari Afganistan tahun 2021. Evakuasi itu berjalan kacau.
Starmer sudah berujar, Inggris “menambah rencana darurat” untuk mengevakuasi warga Inggris. Dia juga mendesak Israel dan Lebanon untuk “mundur dari tepi jurang”.
“Pesan terpenting dari saya malam ini kepada warga Inggris di Lebanon adalah segera tinggalkan [Lebanon] dan saya ingin menegaskan hal itu,” ucap politikus Partai Buruh itu.
“Saya mengkhawatirkan situasi ini dan saya pikir kita kita memerlukan deeskalasi, kita memerlukan gencatan senjata.”
Inggris sudah memiliki pasukan yang ditempatkan di pangkalan Akrotiri RFA Mounts Bay di Siprus.
Adapun Siprus sendiri sudah membantu evakuasi warga asing dari Lebanon saat perang Israel-Lebanon tahun 2006. Negara itu membantu pemberangkatan dan akomodasi puluhan ribu warga asing.
Juru bicara wakil pemerintahan Siprus, Yiannis Antoninu, bulan berkata, negaranya kembali siap siaga agar bisa membantu jika diperlukan.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan, nasib Lebanon bisa menjadi seperti Gaza.
Kata dia, krisis keamanan di sana menjadi mimpi buruk berkepanjangan yang mengancam seluruh kawasan Asia Barat.
AS diprotes karena tambah pasukan di Siprus
Baca juga: Sudah Tak Tahan, Setengah Juta Warga Lebanon Mengungsi, Israel Siap Serbu Lebanon dari Darat
Keberadaan pasukan AS di Siprus tak lepas dari polemik.
Pada bulan Agustus muncul protes dari partai-partai oposisi dalam Pemerintahan Cypriot Yunani di Siprus Selatan (GCASC) atas meningkatkan jumlah pasukan AS di sana.
Partai Progresif untuk Buruh (AKEL) menyoroti meningkatnya lalu lintas kapal perang AS ke Siprus selatan.
AKEL juga menuding pemerintah sengaja menyeret Siprus ke dalam ketegangan karena mengizinkan penumpukan pasukan asing.
“Situasi perang yang genting di kawasan ini memunculkan risiko yang besar dan mematikan terhadap keamanan semua negara dan masyarakan di Mediterania Timur dan Timur Tengah. Seluruh kawasan kita menghadapi bahaya meluasnya perang dengan konsekuensi dramatis yang tidak bisa diperkirakan,” kata AKEL dikutip dari Anadolu Agency.
Israel siap serbu Lebanon
Israel kini dikabarkan bersiap untuk menghadapi kemungkinan invasi ke Lebanon.
“Saat ini kami akan melanjutkannya, kami tak akan berhenti; kami akan terus menyerang dan menggempur mereka di semua tempat,” ujar Kepala Staf Umum Israel Letnan Jenderal Herzi Halevi dikutip dari ABC News.
Dia mengatakan operasi militer Israel bertujuan untuk mengembalikan para pengungsi ke Israel utara.
“Untuk mencapainya, kami menyiapkan proses manuver, yang artinya sepatu bot militer kalian, sepatu bot manuver kalian, akan memasuki wilayah musuh, memasuki desa-desa yang di sana sudah disipakan Hizbullah sebagai pos militer besar, dengan infrastruktur bawah tanah,” kata Halevi.