TRIBUNNEWS.COM - Sekutu utama Israel, Amerika Serikat (AS), mengatakan keputusan untuk melakukan invasi darat ke Lebanon terserah pada Israel dan memastikan AS tidak terlibat dalam rencana itu.
Juru bicara Departemen Pertahanan AS (Pentagon), Sabrina Singh, mengatakan AS menekan Israel untuk melakukan perundingan gencatan senjata dengan Hizbullah.
"Tidak, tidak ada dukungan. Sehubungan dengan Lebanon, tentara Amerika tidak memiliki peran dalam operasi Israel," kata Sabrina Singh kepada wartawan, Rabu (25/9/2024), ketika ditanya apakah AS memberikan dukungan termasuk informasi intelijen untuk Israel di Lebanon.
Menurut Pentagon, invasi darat itu kemungkinan tidak dilakukan dalam waktu dekat.
Pentagon menekankan AS tidak ingin melihat tindakan apa pun yang mengarah pada eskalasi lebih lanjut.
"Anda melihat tekanan komprehensif dari pemerintah AS," kata Sabrina Singh kepada wartawan, seperti diberitakan Al Araby.
AS masih optimis dengan jalur diplomatik untuk mencapai gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah.
“Kami masih percaya ada waktu dan peluang untuk solusi diplomatik yang mencegah pecahnya perang komprehensif, dan apa yang dilakukan Israel adalah operasi defensif terhadap Hizbullah, yang telah menyerangnya sejak 8 Oktober lalu," lanjutnya.
Meski AS mengatakan tidak berpartisipasi dalam operasi militer Israel di Lebanon, AS yang memiliki puluhan ribu pasukan di Timur Tengah tidak menutup kemungkinan untuk membela Israel jika diperlukan.
Sebelumnya pada Senin (23/9/2024), AS mengumumkan akan menambah pasukannya di Timur Tengah tanpa mengungkap jumlahnya.
Tujuannya adalah untuk mengatur kemungkinan evakuasi warga AS dari Lebanon.
Baca juga: Israel Siap Lakukan Invasi Darat ke Lebanon setelah Bombardir Hizbullah
Sumber informasi surat kabar AS, Wall Street Journal, mengatakan Pentagon percaya situasi tentara Israel saat ini tidak memungkinkan mereka untuk menyerang Lebanon.
"Tentara Israel perlu mentransfer lebih banyak pasukan ke lokasi tertentu," kata sumber itu kepada Wall Street Journal, Rabu (25/9/2024).
Selain itu, pejabat senior pertahanan AS mengatakan memulai perang di Lebanon bukanlah cara tercepat untuk mengamankan sisi perbatasan utaranya.