TRIBUNNEWS.COM - Keadaan keamanan di Lebanon saat ini sedang memanas akibat ketegangan yang dipicu oleh serangan roket dari Israel ke kawasan permukiman Hezbollah di Lebanon Selatan.
Ariq Fadhlur Cahyanto, Presiden Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Lebanon periode 2023-2024 Kabinet Berdaya Berkarya, menyatakan bahwa kondisi Warga Negara Indonesia (WNI) di Lebanon, terutama di wilayah Beirut dan Tripoli, tetap aman.
Serangan roket tersebut sebagian besar menargetkan wilayah Selatan Lebanon, yang mayoritas didiami oleh kelompok Hezbollah.
Kondisi Keamanan WNI
Ariq Fadhlur Cahyanto menekankan bahwa sebagian besar WNI tinggal di wilayah Beirut dan Tripoli, terutama di wilayah pusat kota Beirut secara keseluruhan cenderung aman.
Tripoli, yang berjarak sekitar 80 km di Utara Beirut, juga berada di luar jangkauan serangan langsung.
KBRI Beirut dan Kementerian Luar Negeri mengimbau agar seluruh WNI membatasi aktivitas di luar kota dan menghindari daerah pemukiman Syiah di wilayah Selatan, sesuai dengan arahan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI).
KBRI bersama Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia terus mensosialisasikan prosedur evakuasi dan menghimbau agar WNI di Lebanon selalu waspada dan mengikuti instruksi dari otoritas setempat.
Dampak pada Penerbangan dan Infrastruktur
Bandara Internasional Beirut menjadi salah satu target serangan roket yang dilakukan pada Senin, 23 September 2024.
Akibat serangan ini, seluruh penerbangan dari dan ke Beirut dibatalkan.
Baca juga: Israel-Lebanon di Ambang Perang Besar, AS dan Inggris Kompak Kirim Pasukan ke Siprus
Setiap harinya, sekitar 30 penerbangan tidak beroperasi. Pihak bandara belum mengumumkan kapan aktivitas penerbangan akan kembali normal.
Kebijakan Pendidikan
Sejalan dengan meningkatnya ketegangan, Kementerian Pendidikan Lebanon memutuskan untuk meliburkan seluruh sekolah dan universitas selama satu minggu mulai Selasa, 24 September 2024.