TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji untuk melancarkan serangan "kekuatan penuh" terhadap Hizbullah, Kamis (26/9/2024).
Hal ini disampaikan Benjamin Netanyahu saat ia mendarat di New York untuk menghadiri pertemuan tahunan Majelis Umum PBB.
Netanyahu menegaskan serangan Israel dilakukan hingga Hizbullah berhenti menembakkan roket melintasi perbatasan, sehingga memudarkan harapan akan usulan gencatan senjata yang diajukan oleh pejabat Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
Para pejabat AS dan Eropa diketahui memberikan tekanan besar pada kedua belah pihak yang berkonflik agar menerima usulan penghentian pertempuran selama 21 hari, guna memberi waktu bagi diplomasi dan mencegah perang habis-habisan.
Meski begitu, Israel telah melancarkan serangan baru di ibu kota Lebanon, yang menewaskan seorang komandan senior Hizbullah.
Sementara, kelompok militan Lebanon juga telah meluncurkan puluhan roket ke Israel.
"Kebijakan Israel jelas," kata Netanyahu, dilansir AP News.
"Kami terus menyerang Hizbullah dengan kekuatan penuh."
"Dan kami tidak akan berhenti sampai kami mencapai semua tujuan kami, yang terutama adalah mengembalikan penduduk utara dengan aman ke rumah mereka," jelas Netanyahu.
Tanggapan Macron
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan, akan menjadi "kesalahan" bagi Benjamin Netanyahu untuk menolak gencatan senjata di Lebanon.
Baca juga: Perwira Israel: Kami Takut Muncul Brigade Milisi Baru, Hamas Kuasai 2 Juta Warga Gaza Tanpa Paksaan
Menurut Macron, PM Israel itu harus mengambil "tanggung jawab" atas eskalasi regional.
"Usulan yang diajukan adalah usulan yang solid," kata Macron dalam konferensi pers di Montreal, Kamis, dikutip dari Arab News.
Ia lantas menyebut, rencana yang didukung oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa itu telah dipersiapkan bersama Netanyahu sendiri.
Sebelumnya, Macron memberi desakan terkait perang antara Israel dan kelompok militan Lebanon, Hizbullah.
Desakan ini disampaikan Emmanuel Macron kepada Majelis Umum PBB, Rabu (25/9/2024).
“Hizbullah telah terlalu lama menanggung risiko yang tidak dapat dipertahankan dengan menyeret Lebanon ke dalam perang,” katanya, masih dari AP News.
“Israel tidak dapat, tanpa konsekuensi, memperluas operasinya ke Lebanon," sambung dia.
Macron lalu menegaskan tidak boleh ada perang yang terjadi di Lebanon.
Pihak Israel dan Hizbullah diminta untuk segera menghentikan melancarkan serangan.
“Prancis menuntut agar semua pihak menghormati kewajiban mereka di sepanjang Garis Biru,” katanya.
“Karena itu, kami akan bertindak untuk memastikan suara diplomatik dapat didengar.”
"Tidak boleh ada perang di Lebanon. Itulah sebabnya kami mendesak Israel untuk menghentikan eskalasi ini di Lebanon, dan kepada Hizbullah untuk menghentikan peluncuran rudal ke Israel," papar Macron.
"Kami mendesak semua pihak yang memberi mereka sarana untuk melakukannya, untuk berhenti melakukannya," tegas dia.
Baca juga: Israel Siap Caplok Lebanon, Terbitkan Peta Lebanon dengan Nama Ibrani Sama Seperti Gaza & Tepi Barat
Sebagai informasi, hampir 700 orang tewas di Lebanon minggu ini karena Israel meningkatkan serangan secara drastis, dengan mengatakan bahwa serangan itu menargetkan kapasitas militer Hizbullah.
Para pemimpin Israel mengatakan bahwa mereka bertekad untuk menghentikan serangan lintas perbatasan kelompok itu, yang dimulai setelah serangan Hamas pada 7 Oktober yang memicu perang di Gaza.
Israel juga telah membicarakan kemungkinan invasi darat ke Lebanon untuk mengusir Hizbullah dari perbatasan.
Saat ini, Israel telah memindahkan ribuan pasukan ke utara sebagai persiapan.
Sekitar 100.000 warga Lebanon telah meninggalkan rumah mereka dalam seminggu terakhir, mengalir ke Beirut dan tempat-tempat lain di utara.
Kendaraan militer Israel mengangkut tank dan kendaraan lapis baja menuju perbatasan utara negara itu dengan Lebanon sehari setelah komandan mengeluarkan perintah untuk mengerahkan pasukan cadangan.
Baca juga: Negara-negara Arab Memperingatkan Bahwa Israel Telah Mendorong Kawasan ke Dalam Perang Habis-habisan
Beberapa tank tiba di Kiryat Shmona, kota yang terkena dampak parah hanya beberapa mil dari perbatasan.
Di sisi lain, militer Israel mengatakan telah mencegat sebuah rudal yang ditembakkan dari Yaman yang memicu sirene serangan udara di seluruh wilayah tengah negara itu, Jumat (27/9/2024).
Sirene berbunyi di seluruh wilayah tengah Israel yang padat penduduk, termasuk kota metropolitan tepi laut Tel Aviv.
Rudal lain dari Yaman mendarat di Israel bagian tengah sekitar dua minggu lalu.
Eskalasi ini meningkatkan kekhawatiran akan terulangnya – atau lebih buruk lagi – perang tahun 2006 antara Israel dan Hizbullah yang mengakibatkan kerusakan di Lebanon selatan dan wilayah lain di negara tersebut, serta mengakibatkan tembakan roket besar-besaran dari Hizbullah ke kota-kota Israel.
(Tribunnews.com/Nuryanti)