TRIBUNNEWS.COM – Kelompok Houthi di Yaman menyerang tiga kapal perusak milik Amerika Serikat (AS) di Timur Tengah.
Serangan Houthi yang dilancarkan hari Jumat, (27/9/2024), itu melibatkan pesawat nirawak dan rudal penjelah.
Kementerian Pertahanan (Kemenhan) AS sudah mengonfirmasi adanya serangan itu pada hari yang sama.
Tiga kapal perusak tersebut dilaporkan berada di Laut Merah dan sedang mengarah ke Israel.
Juru bicara Kemenhan AS, Sabrina Singh mengakui adanya serangan itu, tetapi mengklaim tidak ada kerusakan yang ditimbulkan. Dia tidak merinci kapal apa yang diserang.
“Kami sungguh melihat serangan rumit yang dilancarkan dengan rudal hingga pesawat nirawak,” kata Sing pada hari yang sama, dikutip dari Sputnik News.
“Kami melakukan apa yang harus kami lakukan untuk melindungi pasukan kita, dan pada penghujung hari itu tidak ada kapal yang dihantam, tidak ada kerusakan dan tidak ada personel kita,” katanya.
Sementara itu, Al Masirah menyebut Houthi menggunakan puluhan rudal balistik dan penjelajah serta satu pesawat nirawak dalam serangan tersebut.
“Total ada 23 rudal balistik, rudal bersayap, dan pesawat nirawak yang dikerahkan dalam serangan itu, menandai salah satu serangan laing rumit dan terkoordinasi yang dilakukan pasukan Yaman hingga saat ini,” kata juru bicara Houthi.
Juru bicara itu mengklaim serangan tersebut langsung menghantam ketiga kapal AS.
Pada saat yang sama, Houthi juga menyerang Kota Yafa dan Ashkelon di Israel dengan rudal hipersonik dan pesawat nirawak.
Baca juga: Warga Israel Melarikan Diri Ketakutan Serangan Houthi Yaman, Termasuk Benny Gantz
Menurut dia, operasi gabungan itu memperlihatkan peningkatan kemampuan militer Houthi dan kesiapannya untuk terlibat dalam konflik yang lebih besar guna membantu Palestina.
“Operasi militer ini tidak akan dihentikan hingga agresi di Gaza dan Lebanon berhenti,” kata juru bicara itu.
Kemudian, Houthi memuji keberanian para pejuang Lebanon yang terus melawan serangan Israel.