TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan pembunuhan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Hizbullah, Hassan Nasrallah, diperlukan untuk mencapai tujuan Israel dalam serangannya di Lebanon selatan yang merupakan basis militer Hizbullah.
Hassan Nasrallah tewas dalam serangan udara Israel di pinggiran kota Beirut, Lebanon, pada Jumat (27/9/2024).
Sebelumnya, Israel telah membunuh banyak komandan Hizbullah sejak dimulainya serangan skala besar ke Lebanon selatan pada Senin (23/9/2024).
Netanyahu mengatakan pembunuhan para komandan tinggi Hizbullah tidaklah cukup dan ia memutuskan Nasrallah juga perlu dibunuh.
Dia menyalahkan Nasrallah sebagai “arsitek” rencana untuk “memusnahkan” Israel.
“Melikuidasi (Sekretaris Jenderal Hizbullah) Nasrallah adalah syarat yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah kami tetapkan," kata Netanyahu dalam pidatonya, Sabtu (28/9/2024).
“Hal ini bertujuan untuk mengembalikan penduduk wilayah utara dengan selamat ke rumah mereka, dan mengubah keseimbangan kekuasaan di wilayah tersebut selama bertahun-tahun," tambahnya.
Pernyataan pertama Netanyahu muncul ketika ia mengomentari pembunuhan Hassan Nasrallah oleh Israel pada hari Jumat, menyusul serangan skala besar yang menargetkan pinggiran selatan ibu kota Lebanon, Beirut.
“Penghapusan hal tersebut akan mendorong kembalinya para sandera (yang ditahan Hamas) di Jalur Gaza ke rumah mereka di selatan,” lanjutnya.
“Kami mempunyai pencapaian yang luar biasa, tetapi pekerjaan ini belum selesai. Dalam beberapa hari mendatang, kami akan menghadapi tantangan besar," tambahnya, merujuk pada ancaman serangan balasan dari Hizbullah, seperti diberitakan Al Arabiya.
Ia mengancam akan membunuh siapa pun yang berupaya menyerang Israel.
Baca juga: Sepak Terjang Hassan Nasrallah Memimpin Hizbullah Lebih dari 32 Tahun, Perjalanannya Kini Terhenti
“Siapa pun yang datang untuk membunuhmu, pergi dan bunuh dia,” katanya.
Bertepatan dengan kehadiran Netanyahu di gedung PBB di New York pada Jumat malam, tentara Israel melancarkan serangan kekerasan di pinggiran selatan Beirut, yang kemudian diketahui menargetkan Hassan Nasrallah.
Penargetan wilayah pinggiran selatan pada Jumat malam, menyebabkan ratusan orang tewas dan terluka, termasuk warga sipil.