News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bagaimana Al Fayed membangun sistem korup yang melanggengkan kekerasan seksual dan membungkam korban?

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bagaimana Al Fayed membangun sistem korup yang melanggengkan kekerasan seksual dan membungkam korban?

“Ia akan menelepon seorang asisten senior dan menanyakan perempuan mana yang bekerja hari itu. Kemudian, salah satu dari kami akan dipanggil ke kantornya.”

Para peremputan itu disuruh berangkat dengan alasan untuk mengantarkan tas kerja Fayed ke lift.

Kenyataannya, kata Tamara, “Anda akan sendirian di kantor itu, dan itu jadi kesempatan baginya untuk meraba-raba dan menganiaya Anda.”

Natacha, penyintas lainnya, berbagi cerita serupa.

Ia bilang biasanya telepon asisten pribadi Fayed bakal berdering, lalu si asisten akan menengok ke arah para perempuan sebelum “menunjuk dan menyuruh salah satu dari kami ke apartemen”.

Upaya pembungkaman

Menurut Armstrong, pengacara para korban, beberapa asisten pribadi senior dan dokter memainkan peran dalam “sistem pengadaan” untuk Fayed.

Namun, investigasi kami menunjukkan bahwa sejumlah orang lain terlibat dalam menjaga kebungkaman terkait pelecehan seksual yang dilakukan Fayed.

Fayed mendapat perlindungan dari petugas sekuriti pribadi, yang diminta selalu berada dekat dengannya.

Menurut hasil investigasi kami, para petugas tersebut menyaksikan apa yang terjadi sesaat sebelum dan setelah pelecehan dilakukan Fayed.

Steve, yang bekerja sebagai petugas sekuriti pribadi Fayed pada pertengahan 1990-an, mengatakan para petugas hanya bisa melihat koridor menuju apartemen Park Lane Fayed dari ruang kontrol di basemen.

"Kami hanya melihat para perempuan itu masuk lalu menutup pintu [apartemen],” katanya.

“Dan, di pagi hari kami melihat mereka pergi, atau bahkan setelah satu jam. Beberapa masih mengenakan seragam Harrods.”

Namun, beberapa perempuan menceritakan bagaimana petugas sekuriti mengawal mereka ke apartemen Fayed.

Salah satu petugas, yang kami sebut Alan, mengatakan dia diminta membawa dua perempuan ke lantai atas. Kemudian, imbuhnya, dia melihat salah satu dari mereka menangis saat keduanya turun dengan lift.

Alan bilang perempuan itu bercerita bahwa Fayed keluar dengan gaun tidurnya, lalu meminta mereka duduk di pangkuannya dan melakukan “segala hal lainnya".

"Anak malang itu sangat emosional," kata Alan.

Alan mengatakan ia tidak berdaya untuk mengeluh kepada siapa pun.

Sementara itu, bukti yang kami punya menunjukkan staf keamanan lain berusaha membungkam para perempuan itu.

Beberapa perempuan yang jadi korban mengatakan mereka diberi tahu bahwa ada kamera yang dipasang di sekitar Harrods dan telepon mereka telah disadap.

“Kami tidak dapat berbicara satu sama lain dengan ideal soal ini, karena kami semua mengira kami disadap," kata Sophia, salah satu penyintas.

Sarah, penyintas lainnya, mengatakan setelah dia melawan upaya pelecehan Fayed, salah satu petugas sekuriti Fayed muncul entah dari mana ketika dia pulang dari makan malam dengan pacarnya.

"Saya yakin itu karena saya sempat mengatakan tidak kepada Mohamed. Mereka hanya mengawasi saya untuk memastikan saya tidak memberi tahu siapa pun. Itu membuat saya semakin takut," katanya.

Menurut Alan, satu waktu John Macnamara, mantan perwira senior di Kepolisian Metropolitan yang saat itu menjadi kepala keamanan Harrods, pernah mengetuk pintu rumah seorang perempuan dan mengancamnya.

Alice, bukan nama sebenarnya, juga mengaku sempat mendapat telepon dari Macnamara setelah beberapa kali berbincang dengan Maureen Orth, wartawan Vanity Fair, soal pengalamannya sebagai asisten pribadi di Harrods untuk sebuah artikel yang terbit pada 1995.

Alice mengatakan Macnamara memperingatkannya untuk tidak terlibat dalam pembuatan artikel tersebut. Bila menolak, Macnamara bilang ia telah mengetahui tempat tinggal orang tua Alice.

“Itu membuat saya ketakutan,” kata Alice.

Artikel Vanity Fair yang terbit pada 1995 memuat tuduhan adanya pelecehan seksual, rasisme, dan pemantauan staf di Harrods–tapi tidak soal kekerasan seksual. Ini lantas memicu gugatan pencemaran nama baik dari Fayed.

Pada 1997, Fayed bersedia membatalkan gugatannya setelah Michael Cole, direktur urusan publik Harrods, turun tangan merundingkan penyelesaian kasus.

Sebagai gantinya, Vanity Fair mesti menghancurkan seluruh bukti, pernyataan tertulis, dan korespondensi terkait, yang sebagian di antaranya berisi dugaan “kejahatan berantai”, kata Henry Porter, editor majalah tersebut saat itu.

Cole juga hadir saat ITV menyiarkan film yang mengangkat dugaan pelecehan seksual yang dilakukan Fayed. Hal ini sempat dibantah Fayed saat Cole bekerja untuknya.

Meski BBC telah berulang kali mencoba meminta tanggapannya, Cole tidak memberikan pernyataan apa pun.

Itu bukan satu-satunya kasus hukum dengan tuduhan pelecehan seksual terhadap Fayed yang diketahui tokoh senior di manajemen Harrods.

Gemma, yang menjadi asisten pribadi Fayed pada 2007-2009, sempat merekam sejumlah aksi bosnya. Rekamannya lantas digunakan dalam klaim pelecehan seksual yang ia buat.

Ia mengatakan bahwa sebagai bagian dari penyelesaian kasus, semua bukti saat itu dihancurkan, termasuk rekaman dan teleponnya yang menyimpan pesan-pesan suara mesum dari Fayed.

Seorang staf HRD perusahaan hadir saat bukti-bukti itu dihancurkan, kata Gemma.

"Harrods, saya pikir mereka tahu pentingnya keberadaan informasi ini. Saya pikir mereka hanya ingin menyingkirkannya sesegera mungkin dan menyingkirkan saya sesegera mungkin."

Yang belum terjawab

Masih ada banyak pertanyaan, termasuk tentang siapa saja yang bertanggung jawab di Harrods yang tahu soal segala tuduhan pelecehan seksual yang dilakukan Fayed.

Cole adalah direktur Harrods pada 1990-an dan terus membela Fayed ketika sebuah biografi yang terbit pada 1998 menuduhnya sebagai predator seksual.

Bagaimana dengan yang lainnya? Apa yang mereka ketahui?

Kami tidak menemukan bukti bahwa Harrods menyelidiki tuduhan-tuduhan tersebut saat Fayed memimpin perusahaan itu. Mengapa seperti itu?

James McArthur, yang menjabat sebagai CEO perusahaan pada 2008, baru-baru ini mengatakan kepada BBC bahwa dia tidak mengetahui bahwa Fayed sempat diwawancarai polisi pada tahun itu atas tuduhan kekerasan seksual yang dilakukan pada seorang gadis berusia 15 tahun.

Dia tidak ingat bahwa kru berita TV saat itu ada di luar kantor Harrods, melaporkan dugaan pencabulan yang dilakukan bos perusahaannya terhadap anak di bawah umur.

Ini terdengar mengejutkan. Saat itu pasti bukan hari biasa di kantor.

Yang pasti, pertanyaan-pertanyaan terus menumpuk bagi Harrods.

Kepada BBC, Harrods mengakui telah "mengecewakan karyawan kami yang menjadi korbannya dan atas hal ini kami dengan tulus meminta maaf".

Namun, mereka pun mengatakan "Harrods saat ini adalah organisasi yang sangat berbeda" dibandingkan dengan di masa lalu saat masih dimiliki Fayed.

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini