News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Iran Vs Israel

Imbas Eskalasi Iran vs Israel, Bursa Saham Rontok, Harga Minyak Mentah dan Emas Terkerek Naik

Penulis: Bobby W
Editor: Endra Kurniawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Di saat bursa saham melemah akibat ekslasi Iran vs Israel, tren berbeda ditunjukkan komoditas pertambangan seperti logam mulia dan minyak mentah.

TRIBUNNEWS.COM - Bursa saham global merosot dan harga minyak melonjak  setelah Iran meluncurkan sekitar 180 rudal ke Israel.

Fenomena ini terjadi akibat pasar menunjukkan kekhawatiran akan eskalasi konflik yang lebih parah setelah perang antara Israel dan Hamas di Gaza tak kunjung berakhir.

Pada Selasa waktu setempat (1/10/2024), saham-saham di AS dan Eropa kompak menunjukkan tren turun tajam setelah Iran melepaskan serangan ke Israel.

Berita tersebut menyebabkan pasar global berbalik arah secara tajam, dengan indeks utama di Wall Street jatuh dan Nasdaq yang banyak berisi saham teknologi turun 1,5 persen.

Sebelumnya, saham Eropa dibuka lebih tinggi setelah laju inflasi tahunan zona euro melambat.

Saham-saham AS ditutup lebih rendah karena reli baru-baru ini mulai melemah menjelang laporan ekonomi minggu ini yang diharapkan dapat menjelaskan arah suku bunga.

Suasana juga memburuk ketika pekerja pelabuhan AS di pelabuhan di pantai Timur dan Teluk menggelar aksi mogok massal yang bisa menyebabkan dampak kehilangan miliaran dolar sehari dan meningkatkan inflasi.

"Peserta pasar melihat dengan cemas meningkatnya ketegangan di Timur Tengah dan mogok di pelabuhan AS sambil menunggu data pekerjaan dan manufaktur AS yang penting minggu ini," kata Joe Mazzola, seorang ahli strategi di Charles Schwab.

Data resmi menunjukkan bahwa inflasi zona euro turun di bawah target dua persen dari Bank Sentral Eropa (ECB) pada bulan September untuk pertama kalinya sejak 2021.

"Penurunan ini memberi ruang bagi ECB untuk kembali menurunkan suku bunga pada 17 Oktober," kata GianLuigi Mandruzzato, seorang ekonom di EFG Asset Management.

Baca juga: Peringatkan Israel, Pezeshkian: Ini Baru Sebagian Kecil Kekuatan Kami, Jangan Tantang Iran

Harga Emas dan Minyak Mentah Justru Naik

Tren berbeda ditunjukkan komoditas keras atau pertambangan seperti logam mulia dan minyak mentah.

Harga emas, yang dianggap sebagai aset aman, naik sekitar satu persen ke level tertinggi baru di atas $2.600 atau sekitar Rp 39,6 Juta per ons karena ketegangan tersebut.

Sementara itu, harga minyak mentah dunia yang awalnya turun kini justru melonjak tinggi.

Sebelumnya, harga minyak mentah dunia mengalami tren penurunan karena harapan peningkatan pasokan setelah Libya menunjuk gubernur bank sentral yang baru pada hari Senin (30/9/2024).

Penunjukkan itu diharapkan dapat menyelesaikan perselisihan dualisme pemerintahan Libya yang memungkinkan produksi minyak dilanjutkan.

Di saat pasar minyak mentah dunia menunggu kepastian dari Libya, harga crude oil kemudian melonjak secara tiba-tiba setelah berita serangan rudal Iran tersebut.

Hal ini ditunjukkan oleh naiknya harga minyak mentah di AS sebesar 2 persen pada hari Selasa waktu setempat

"Ada banyak ketenangan mengenai perang ini," kata Helima Croft, kepala strategi komoditas global di RBC Capital Markets, dalam program CNBC “The Exchange.”

Para pedagang umumnya mengabaikan ancaman gangguan pasokan minyak akibat ketegangan yang sedang terjadi di Timur Tengah, tambahnya.

"Pertanyaannya sekarang adalah apakah Israel mungkin akan menyerang fasilitas nuklir atau infrastruktur minyak Iran sebagai balasan atas serangan tersebut." ungkap Croft.

Iran saat ini memproduksi lebih dari 3 juta barel per hari, angka tertinggi dalam lima tahun terakhir, ujarnya.

"Kita perlu mempertimbangkan skenario di mana pasokan minyak Iran berisiko," pungkas Croft.

(Tribunnews.com/Bobby)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini