News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Israel Klaim Hancurkan Terowongan Hizbullah saat Invasi Lebanon Selatan

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Febri Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Cuplikan video yang rilis Pasukan Pertahanan Israel (IDF) pada Selasa (1/10/2024) memperlihatkan terowongan yang diklaim milik Hizbullah, ketika IDF meluncurkan invasi darat ke Lebanon selatan.

TRIBUNNEWS.COM - Seorang juru bicara militer Israel mengumumkan penemuan terowongan Hizbullah dan menunjukkan klip video yang diklaim diambil oleh tentara Israel di sebuah terowongan di bawah sebuah rumah di Lebanon selatan.

"Tentara menghancurkan beberapa terowongan Hizbullah dalam operasi darat dan udara di desa-desa di Lebanon selatan," kata laporan tersebut.

Israel mengklaim invasi darat itu bertujuan untuk melucuti kemampuan militer Hizbullah dan mengatakan akan menyelesaikannya secepat mungkin.

Tentara Israel menegaskan tidak akan menginvasi Kota Beirut atau kota-kota di Lebanon selatan.

Di sisi lain, tentara Israel mengatakan mereka siap menghadapi serangan apa pun dari Iran, Lebanon, Irak, atau Houthi Yaman.

"Tentara akan menggagalkan serangan terhadap Israel dengan pertahanan dan serangan," kata juru bicara itu, seperti diberitakan Yedioth Ahronoth.

Hizbullah belum memberikan tanggapan terkait klaim Israel soal penemuan terowongan tersebut.

Israel Klaim Tak Niat Duduki Lebanon

Seorang pejabat senior Israel mengatakan invasi darat tentara Israel tidak bertujuan untuk menduduki Lebanon selatan.

Ia mengklaim serangan itu bertujuan untuk menghancurkan posisi Hizbullah, terowongan, landasan peluncuran rudal dan infrastruktur militer lainnya di desa-desa dekat perbatasan.

"Operasi darat dimulai di wilayah terbatas di bagian timur perbatasan, dan akan berlanjut secara bertahap di wilayah lain. Idenya adalah untuk menciptakan perimeter keamanan di sisi perbatasan Lebanon, yang hanya dapat dimasuki oleh tentara Lebanon atau Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL)," katanya, Selasa (1/10/2024).

Baca juga: AS Dukung Invasi Israel di Lebanon Selatan dengan Dalih Kalahkan Hizbullah

“Kami tidak punya niat untuk tenggelam dalam lumpur Lebanon… Kami akan masuk dan keluar pada akhirnya. Ini adalah operasi taktis yang terbatas dalam waktu dan ruang lingkup," lanjutnya.

Eskalasi Israel dimulai dengan serangan rahasia yang meledakkan pager dan radio dari jarak jauh pada pertengahan September lalu.

Israel mengumumkan invasi ke Lebanon selatan setelah membunuh Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, dan komandan front selatan Hizbullah, Ali Karaki, melalui serangan udara di distrik Dahiya, pinggiran kota Beirut, Lebanon, Jumat (27/9/2024).

Cuplikan video yang dirilis Pasukan Pertahanan Israel (IDF) pada Selasa (1/10/2024) memperlihatkan terowongan yang diklaim milik Hizbullah, ketika IDF meluncurkan invasi darat ke Lebanon selatan. (X/IDF)

Pada Senin (23/9/2024), Israel memulai serangan skala besar di Lebanon selatan dengan dalih menargetkan basis militer Hizbullah.

Dalam serangan itu, lebih dari 923 orang tewas dan lebih dari 2.715 lainnya terluka.

Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah mendukung perlawanan Palestina, Hamas, dan terlibat pertempuran dengan Israel di perbatasan Lebanon selatan dan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki.

Hizbullah bersumpah akan berhenti menyerang Israel jika Israel dan Hamas mencapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza.

Sementara itu, Israel bersama AS dan sekutunya menuduh Iran mendanai kelompok perlawanan seperti Hizbullah, Hamas, Kataib Hizbullah, Jihad Islam Palestina (PIJ), dan kelompok lain di Suriah, Irak, dan Lebanon untuk melawan Israel dan sekutunya di kawasan itu.

Jumlah Korban di Jalur Gaza

Saat ini, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 41.595 jiwa dan 96.251 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Selasa (1/10/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Al Jazeera.

Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.

Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini