TRIBUNNEWS.COM, LEBANON - Pada Rabu (3/10/2024), penerbangan yang membawa warga negara Lebanon yang melarikan diri dari serangan udara Israel tiba di Siprus.
Militer Israel mulai melancarkan operasi darat ke Lebanon selatan melawan Hizbullah.
"Itu situasi yang mengerikan, benar-benar situasi yang mengerikan," kata warga negara Lebanon Ali Abdul Hassan kepada kantor berita Reuters, sesaat setelah tiba di ibu kota Larnaca pada Rabu malam.
Pria berusia 49 tahun itu melarikan diri dari Beirut setelah serangan udara menghantam lingkungan tempat tinggalnya di dekat ibu kota dan menyebabkan rumahnya rusak parah.
Dia mengatakan sebuah bangunan yang terkena serangan itu merupakan rumah bagi keluarga-keluarga Lebanon yang telah melarikan diri dari Lebanon selatan.
“Saya berharap, saya berharap, (mereka) akan mencapai kesepakatan, (mereka) akan menghentikan perang, itu tidak baik untuk siapa pun,” tambahnya.
Ratusan ribu orang di Lebanon telah mengungsi di negara itu dalam beberapa minggu terakhir di tengah konflik terbaru Hizbullah dengan Israel.
Termasuk lebih dari 100.000 orang, yang telah melarikan diri melintasi perbatasan ke Suriah, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Beberapa negara mengevakuasi warga negaranya dari Lebanon dan mendesak mereka yang tersisa untuk pergi di tengah situasi yang meningkat saat Israel melancarkan serangan darat di bagian selatan negara itu.
Sejumlah pemerintahan negara lain mengambil penerbangan carteran agar warganya bisa keluar dari Lebanon.
Siprus dan Turki adalah lokasi transit penerbangan dari Lebanon sebelum menuju ke negara yang dituju.
Berikut gambaran beberapa negara yang akan melakukan evakuasi warganya dari Lebanon.
Indonesia : Menteri Luar Negeri (Menlu) Republik Indonesia, Retno Marsudi menyampaikan proses evakuasi warga negara Indonesia (WNI) dari Lebanon, sudah berjalan. Ada sekitar 25 dari 159 WNI yang tengah dalam perjalanan evakuasi. Proses evakuasi dilakukan lewat darat.