TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden mengaku tidak percaya akan ada "perang habis-habisan" di Timur Tengah, sementara Israel mempertimbangkan opsi pembalasan setelah serangan terbesar Teheran terhadap musuh bebuyutannya.
Biden mengatakan ada banyak hal yang perlu dilakukan untuk menghindari perang Timur Tengah, karena militer Israel menyerang Beirut dengan serangan udara baru dalam pertempuran melawan kelompok bersenjata Lebanon, Hizbullah.
Ketika ditanya oleh wartawan di Washington pada hari Kamis (3/10/2024) seberapa yakinnya dia bahwa perang semacam itu dapat dihindari, Biden mengibaratkan dengan hujan.
"Seberapa yakin Anda bahwa tidak akan terjadi hujan? Begini, saya tidak percaya akan terjadi perang besar-besaran. Saya pikir kita dapat menghindarinya,"
"Tetapi masih banyak yang harus dilakukan, masih banyak yang harus dilakukan," katanya, dikutip dari Reuters.
Sementara Amerika Serikat, Uni Eropa, dan sekutu lainnya telah menyerukan gencatan senjata segera selama 21 hari dalam konflik Israel-Lebanon, Biden mengatakan AS sedang berdiskusi dengan Israel mengenai pilihannya untuk menanggapi serangan Teheran, yang mencakup serangan Israel terhadap fasilitas minyak Iran.
"Kami sedang mendiskusikannya," kata Biden kepada wartawan.
Komentarnya menyebabkan melonjaknya harga minyak dunia.
Meningkatnya ketegangan Timur Tengah telah membuat para pedagang khawatir tentang potensi gangguan pasokan.
Namun, Biden menambahkan: "Tidak akan terjadi apa-apa hari ini."
Saat ditanya lebih lanjut apakah ia mendesak Israel untuk tidak menyerang instalasi minyak Iran, Biden mengatakan ia tidak akan bernegosiasi di depan umum.
Baca juga: Harga Minyak Mentah Langsung Melonjak Usai Biden Rencanakan Serang Fasilitas Migas Iran
Situs Nuklir Iran Terancam
Pada hari Rabu (2/10/2024), presiden mengatakan dia tidak akan mendukung serangan Israel terhadap situs nuklir Iran.
Lalu, pada hari Kamis (3/10/2024), Duta Besar Israel untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Danny Danon, mengatakan kepada CNN bahwa negaranya memiliki "banyak pilihan" untuk melakukan pembalasan dan akan menunjukkan kekuatannya kepada Teheran "segera".
Seorang pejabat AS mengatakan Washington belum yakin Israel telah memutuskan dengan cara apa mereka akan menanggapi Iran.
G7 Serukan Untuk Menahan Diri
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berjanji Iran akan membayar serangan rudal hari Selasa, dan Washington mengatakan akan bekerja sama dengan sekutu lamanya untuk memastikan Iran menghadapi "konsekuensi yang berat."
Seolah menjawab ancaman Netanyahu, Presiden Iran Masoud Pezeshkian, berbicara di Doha, mengatakan pada hari Kamis bahwa Teheran akan siap untuk menanggapi.
"Segala jenis serangan militer, aksi teroris, atau pelanggaran terhadap garis merah kami akan ditanggapi dengan respons tegas oleh angkatan bersenjata kami," ungkapnya.
Israel, yang telah memerangi Hamas di wilayah Palestina di Gaza selama hampir setahun, mengirim pasukan ke Lebanon selatan pada hari Selasa (1/10/2024), setelah dua minggu serangan udara intensif dalam konflik yang memburuk yang telah menarik perhatian Iran dan berisiko melibatkan Amerika Serikat.
Negara-negara G7, yang meliputi AS, Inggris dan sekutunya, pada hari Kamis mengutuk serangan rudal Iran pada hari Selasa dan menegaskan kembali komitmen mereka terhadap keamanan Israel.
Namun kelompok itu juga menyerukan pengendalian diri, gencatan senjata di Gaza, dan penghentian permusuhan di Lebanon.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)