TRIBUNNEWS.COM - Baru-baru ini, Kementerian Pertahanan Jepang melaporkan kegiatan Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) menyelenggarakan misi pelatihan dan tempur baru dari kelompok penyerang kapal induk yang dipimpin oleh kapal induk Liaoning (sebelumnya Varyag).
Pasukan tersebut diketahui menggunakan rute lepas pantai timur Filipina, dari tanggal 20 September hingga 1 Oktober 2024.
Berdasarkan data Kementerian Pertahanan Jepang, gugus tugas udara Liaoning telah melakukan sebanyak 630 serangan mendadak selama 12 hari operasi.
Sebanyak 410 serangan udara dilakukan antara tanggal 20 hingga 26 September, dan 220 serangan udara lainnya dilakukan antara tanggal 27 September hingga 1 Oktober 2024.
Ada pula rincian kelompok tempur kapal induk ini, yang dipimpin oleh kapal induk Liaoning, juga mencakup tiga kapal kelas perusak dan satu kapal pendukung logistik.
Dikutip dari Defence Express, dalam kasus ini, yang terjadi hanyalah masalah pencatatan rutin pelatihan dan aktivitas tempur Angkatan Laut PLA, yang dilakukan oleh Kementerian Pertahanan Jepang.
Menariknya, pesan di atas telah menyebabkan Rusia membuat perbandingan.
Mereka memutuskan untuk membandingkan aktivitas operasi lain dari kelompok tempur kapal induk China yang dipimpin oleh kapal induk Liaoning dengan aktivitas operasi tempur skuadron yang dipimpin oleh kapal induk Laksamana Kuznetsov di pantai Suriah pada tahun 2017.
Perbandingannya mulai dari selama 2 bulan kampanye (sekitar 60 hari) pada tahun 2017, kelompok udara Laksamana Kuznetsov hanya menerbangkan 154 serangan mendadak, dengan dua pesawat hilang karena alasan teknis.
Hal ini bagi Rusia seakan kalah "buas" dengan China sebagai mitra dalam urusan bilateral.
Mungkin juga analisisnya, kemampuan pasukan Rusia di laut kurang dari China.
Baca juga: Pukulan Telak Pasukan Putin, Ukraina Hancurkan Stasiun Radar Nebo-M Rusia Senilai Korupsi Tol MBZ
Terutama karena perbaikan yang sedang berlangsung pada satu-satunya kapal induk Rusia, yang telah berlangsung sejak 2017 hingga kini belum selesai.
Hal ini menyebabkan diskusi tentang fakta bahwa awak kapal Laksamana Kuznetsov berjumlah 1.900 orang , tetapi ada nuansa apakah Rusia benar-benar mencoret seluruh awak kapal ini untuk pertempuran darat melawan Ukraina.
Sebelumnya Defense Express melaporkan bahwa kendaraan lapis baja ZFB-05 China telah terlihat digunakan oleh pasukan Rusia.