Kyiv juga telah membangun gudang senjata pesawat nirawak angkatan laut buatan sendiri, yang telah digunakan untuk menghancurkan Armada Laut Hitam Moskow, dan pesawat nirawak serang jarak jauh, yang digunakan untuk menyerang fasilitas militer dan energi utama di dalam Rusia.
Peningkatan produksi drone Ukraina dilakukan dalam upaya untuk memperkuat basis industri pertahanannya.
Ukraina berubah dari hampir tidak memproduksi senjata sebelum perang, menjadi memproduksi amunisi baru dengan kecepatan kilat.
"Dulu, industri pertahanan Ukraina tampak tidak berdaya. Namun, kini industri ini tengah menuju kepemimpinan, setidaknya di Eropa," kata Zelensky, Selasa (1/10/2024).
"Kini, industri-industri inilah yang membuat Ukraina kembali bangga."
Analis konflik di Institut Studi Perang (ISW), lembaga pemikir yang mengikuti perkembangan perang di Ukraina, mengatakan minggu ini bahwa upaya berkelanjutan Ukraina untuk meningkatkan produksi militer dalam negerinya pada akhirnya akan memungkinkan negara itu mengurangi ketergantungannya pada dukungan militer Barat.
Namun, para analis menulis dalam penilaian hari Rabu (2/10/2024), bahwa Ukraine masih membutuhkan bantuan Barat yang cukup besar selama beberapa tahun ke depan untuk mempertahankan diri dari agresi Rusia dan membebaskan wilayah-wilayah penting yang saat ini diduduki oleh pasukan Rusia.
Negara-negara Barat telah menyediakan lebih dari $100 miliar dalam bentuk bantuan militer dan keamanan untuk Ukraina.
AS adalah pemasok persenjataan terbesar.
AS telah menyediakan bantuan keamanan senilai hampir $60 miliar sejak dimulainya invasi Rusia ke Ukraina pada 2022 lalu.
Canggihnya Drone FPV, Sistem Anti-Pesawat Rusia yang Bernilai $10 Hancur
Tentara dari unit khusus “Kryla” (Sayap) dari Direktorat Jenderal Intelijen Ukraina (HUR), berhasil menemukan dan menghancurkan sistem rudal antipesawat Rusia Osa (‘Tawon’), Minggu (6/10/2024).
Baca juga: Terbukti Miskin Taktik? Rusia Tiru Strategi Ukraina Gunakan FPV Pencegat Berkecepatan Tinggi
Menurut laporan yang dirilis HUR di Telegram, sistem pertahanan udara Rusia tersebut bernilai $10 juta, sementara pesawat nirawak FPV yang digunakan oleh para pengintai hanya senilai beberapa ratus dolar.
“Pelajaran matematika yang menarik akan terus berlanjut!” demikian bunyi keterangan yang menyertai video yang dirilis.
Dalam rekaman tersebut kamera drone FPV menunjukkan Osa yang ditempatkan di antara pepohonan.