News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Ahli Militer: Israel Terjebak Escalatory Trap, Diam Salah, Bergerak Juga Salah Hadapi Gaza-Lebanon

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pasukan infanteri Israel menyusuri kontur berbukit di perbatasan Lebanon dalam invasi darat melawan milisi Hizbullah.

“Anda tidak bisa hanya mengebom Hamas agar dilupakan dan menghancurkannya,” kata Chris Doyle, direktur Dewan LSM Arab British Understanding.

Dia menyatakan, Israel memang dapat menurunkan kemampuan Hamas baik secara militer maupun secara pengaruh, namun pada akhirnya, “bagaimana Israel akan hidup berdampingan dengan 7 juta orang Palestina setelah semua yang telah mereka lakukan untuk itu?”

“Harus ada yang mendukungnya, kesepakatan dan strategi politik – itu berarti gencatan senjata yang disepakati,” katanya.

Doyle membuat poin yang sama untuk kelompok milisi Hizbullah yang berbasis di Lebanon.

“Israel menginvasi Lebanon pada 1978 dan 1982, konsekuensinya adalah pembentukan Hizbullah 42 tahun kemudian,” katanya.

“Mereka tidak hanya memerangi Hizbullah, tetapi mereka memerangi sebuah organisasi yang sekarang menjadi negara dalam sebuah negara dengan gudang besar rudal dari segala macam jenis,” tambahnya.

Terjebak di Escalatory Trap

Anthony Pfaff, direktur Institut Studi Strategis di US Army War College, mengatakan pada Agustus lalu kalau Israel mungkin terjebak dalam apa yang disebutnya sebagai escalatory trap, perangkap yang menjebak dalam eskalasi yang kian meninggi.

Artinya, jika Israel meningkatkan terus pengerahan dan cara-cara militer, tulis Pfaff, itu memicu spiral eskalasi yang bisa, pada titik tertentu, melebihi kemampuan militer Israel untuk dihadapi.”

Namun, jika memilih status quo, Israel seolah hanya melakukan sedikit perbaikian atas situasi keamanannya.

"Tidak ada hasil yang mencapai tujuan keamanan Israel, yang akan mewakili kekalahan bagi IDF dan dapat mengancam kelangsungan hidup pemerintah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu," kata Pfaff.

Masalahnya mungkin adalah bahwa doktrin keamanan Israel telah lama didasarkan pada perang pendek.

Seperti yang ditunjukkan The Guardian, kebalikannya sekarang telah terjadi.

Tak satu pun dari operasi IDF “datang sebagai bagian dari strategi yang jelas dengan tujuan yang dapat dicapai yang pada akhirnya akan membawa kemampuan dan perdamaian yang lebih besar bagi Israel, kepada warga sipil Israel,” kata Doyle.

Sebaliknya, dia mengatakan itu “meningkatkan konflik, tetapi tanpa perasaan yang jelas bahwa ada jalan keluar.”

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini