News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Hizbullah Dituduh Tinggalkan Gaza usai Naim Qassem Tak Ungkit Gencatan Senjata Israel-Hamas

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nuryanti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wakil Sekjen Hizbullah Naim Qassem tak sebut gencatan senjata Israel-Hamas dalam pidatonya pada Selasa (8/10/2024), sebagai syarat Hizbullah mundur dari perlawanan terhadap Israel.

TRIBUNNEWS.COM - Sejumlah media Arab dan Barat menuduh Hizbullah menunjukkan sikap yang berbeda mengenai dukungannya terhadap perlawanan Palestina, Hamas, di Jalur Gaza.

"Para pemimpin Hizbullah meninggalkan syarat gencatan senjata di Gaza dan memilih gencatan senjata di Lebanon," tulis Al Arabiya, Reuters, Swiss Info dan SkyNews ketika membahas isi pidato Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah, Naim Qassem pada Selasa (8/10/2024) kemarin.

Dalam pidatonya, Naim Qaseem tidak menyebut gencatan senjata antara Hamas dan Israel di Jalur Gaza sebagai syarat gencatan senjata Hizbullah Lebanon dan Israel.

Sebelumnya, Hizbullah bergabung dalam perlawanan sejak 8 Oktober 2023 dan berjanji akan berhenti menyerang Israel jika Israel-Hamas mencapai gencatan senjata di Jalur Gaza.

"Kepemimpinan kelompok Hizbullah Lebanon tidak lagi mewajibkan penerapan gencatan senjata di Jalur Gaza untuk mencapai gencatan senjata di Lebanon, sebuah kemunduran dari janji yang telah berulang kali diulangi oleh kelompok tersebut untuk terus berperang sampai Israel menghentikan serangan terhadap Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas)," tulis Swiss Info.

"Para pemimpin Hizbullah terus-menerus menekankan bahwa permusuhan lintas batas tidak akan berhenti sampai Israel mengakhiri perang di Gaza. Kelompok ini mulai menembakkan roket ke Israel sehari setelah serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober tahun lalu," lanjutnya, merujuk pada 8 Oktober 2023 ketika Hizbullah meluncurkan perlawanan ke Israel.

Laporan-laporan tersebut menyoroti kemungkinan adanya kekhawatiran akan dukungan politik yang menurun di Lebanon terhadap Hizbullah, setelah Israel meluncurkan serangan udara sejak Senin (23/9/2024).

Sementara itu, pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri, mengatakan Hamas masih percaya kepada dukungan Hizbullah.

"Kami masih yakin dengan sikap Hizbullah yang menghubungkan perjanjian apa pun dengan penghentian perang di Gaza," katanya kepada Reuters, mengutip pernyataan Hizbullah sebelumnya.

Pidato Wakil Sekjen Hizbullah Naim Qassem

Laporan tersebut merujuk pada pidato Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah, Naim Qassem yang tayang di TV Lebanon pada Selasa (8/10/2024) kemarin.

Baca juga: Hizbullah Dukung Gencatan Senjata, AS: Mereka Kena Pukulan Telak dari Israel

“Kami mendukung gerakan politik yang dipimpin oleh Ketua Parlemen Lebanon Nabih Berri, yang judul dasarnya adalah gencatan senjata,” kata Naim Qassem.

“Jika musuh melanjutkan perangnya, maka situasi akan ditentukan, dan kami adalah orang-orang yang berada di lapangan dan kami tidak akan meminta solusi," lanjutnya.

Meski Naim Qassem tidak menyebut gencatan senjata di Jalur Gaza, ia berjanji untuk terus mendukung Hamas dan rakyat Palestina dalam pertempuran mereka melawan Israel.

Hizbullah tidak secara eksplisit mengumumkan perubahan posisinya dan tidak mengomentari laporan media-media tersebut.

Sebelumnya, Hizbullah menegaskan bahwa berita mengenai posisi dan pandangan partai tersebut hanya dirilis melalui media resmi Hizbullah.

Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah mendukung perlawanan Palestina, Hamas, di Jalur Gaza dan terlibat pertempuran dengan Israel di perbatasan Lebanon selatan dan Israel utara, Palestina yang diduduki.

Hizbullah bersumpah akan berhenti menyerang Israel jika Israel dan Hamas mencapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza.

Jumlah Korban di Jalur Gaza

Saat ini, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 41.965 jiwa dan 97.590 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Selasa (8/10/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Al Mayadeen.

Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.

Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini