“Ini bukan hal baru bagi kami,” kata Sarah dan Zion Arbiv, warga Moshav Zerait.
“Selama bertahun-tahun kami sudah mengetahui dan memperingatkan. Tak ada yang bilang bahwa kami tidak memperingatkan. Kami memperingatkannya dalam setiap kesempatan,” kata keduanya.
Oleh warga lain, Sarah dan Arbiv awalnya dikira hanya mengkhayal tentang terowongan itu.
“Jadi, baguslah karena telah ditemukan dan kami berharap mereka akan mengambil pelajaran dari ini. Bahwa perlu untuk mendengarkan warga yang berada paling dekat dengan tempat itu dan paling dekat ancaman itu.”
Keduanya mengatakan peristiwa 7 Oktober (serangan ke Israel oleh Hamas) bisa saja terjadi di Israel utara dalam skala yang lebih besar.
“Warga yang dievakuasi dari pemukiman telah mengungsi dari pemukiman selama setahun.”
Terowongan 250 meter dihancurkan
Baca juga: Israel Klaim Hancurkan Terowongan Hizbullah saat Invasi Lebanon Selatan
Beberapa hari lalu Israel mengklaim telah mengancurkan terowongan Hizbullah sepanjang 250 meter.
Dikutip dari The Jerusalem Post, penghancuran itu dilakukan oleh Brigade Terjun Payung, Satuan Yahalom, dan Satuan Zeni Tempur Komando Utara di bawah Diviis Ke-98.
Terowongan itu diketahui setelah Israel menginvasi Lebanon. Militer Israel mengaku menemukan pusat komando, perlengkapan tempur, dan senjata milik Hizbullah.
Di sana terdapat ruang-ruang yang dilengkapi dengan tempat mandi, dapur, dan persediaan makanan.
Israel menyebut terowongan itu tidak menembus hingga wilayah Israel.
Terowongan bantu Hizbullah bertahan dari serangan Israel
Jaringan terowongan dan rantai komando yang fleksibel disebut membantu Hizbullah bertahan dari serangan Israel.
Dua narasumber yang paham mengenai operasi Hizbullah mengatakan senjata kelompok itu disimpan dengan baik.
Pada bulan Agustus lalu Hizbullah merilis video yang memperlihatkan para pejuangnya mengendarai truk melewati terowongan.
Hizbullah sudah membangun jaringan terowongan selama bertahun-tahun. Israel memperkirakan panjangnya sampai ratusan kilometer.
Laporan Alma tahun 2021 menyebutkan bahwa Iran dan Korea Utara membantu membangun jaringan terowongan Hizbullah setelah Perang Lebanon 2006.
(Tribunnews/Febri)