Guterres mengatakan serangan terhadap pasukan penjaga perdamaian PBB merupakan pelanggaran hukum internasional dan dapat merupakan kejahatan perang.
UNIFIL menegaskan bahwa pihaknya akan tetap berada di posisi meski Israel memaksa mereka untuk pergi dari Lebanon Selatan.
"Kami akan tetap tinggal. Kami berada di selatan Lebanon berdasarkan mandat Dewan Keamanan, jadi penting untuk mempertahankan kehadiran internasional dan menjaga bendera PBB di wilayah tersebut," kata juru bicara kelompok tersebut pada hari Senin (14/10/2024).
Dalam beberapa hari terakhir, Israel terus melancarkan serangan ke maskar besar UNIFIL di Lebanon Selatan.
Serangan ini telah menyebabkan banyak pasukan perdamaian PBB yang mengalami luka-luka.
Termasuk beberapa pasukan perdamaian Sri Lanka dan 2 penjaga perdamaian Indonesia.
Sebagai informasi, UNIFIL terdiri dari sekitar 10.000 pasukan penjaga perdamaian dari lebih dari 50 negara, termasuk Indonesia, India, dan Irlandia.
Pasukan penjaga perdamaian PBB telah dikerahkan untuk berpatroli di perbatasan Lebanon dengan Israel sejak tahun 1978.
Mandat untuk operasi tersebut dikenal dengan sebutan Pasukan Sementara PBB di Lebanon atau UNIFIL, dikutip dari Asharq Al-Aawsat.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)
Artikel Lain Terkait UNIFIL dan Israel