News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Gugur bersama Pejuang Hamas, Bagaimana Kematian Yahya Sinwar Patahkan Propaganda Israel?

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nuryanti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

[FILE] Foto semasa hidup Yahya al-Sinwar (tengah), pemimpin gerakan Islam Hamas Palestina di Jalur Gaza, berbicara dalam pertemuan di Kota Gaza pada (30 April 2022). --- Yahya Sinwar gugur dalam pertempuran melawan Israel di Rafah, Jalur Gaza pada 16 Oktober 2024.

TRIBUNNEWS.COM - Kematian Kepala Biro Politik Hamas, Yahya Sinwar, dalam bentrokan melawan pasukan tentara Israel di Rafah, Jalur Gaza, menunjukkan kepalsuan dari propaganda Israel.

Tentara Israel (IDF) mengumumkan pada Kamis (17/10/2024) malam, mereka telah membunuh Yahya Sinwar dan dua komandan Hamas yang bersamanya pada Rabu (16/10/2024).

Yahya Sinwar mengenakan rompi militer dan membawa senapan mesin Kalashnikov ketika jenazahnya ditemukan oleh IDF di antara reruntuhan bangunan.

"Yahya Sinwar bergerak di atas tanah, tidak seperti klaim IDF yang mengatakan ia bersembunyi di terowongan bawah tanah," menurut laporan surat kabar Israel, Haaretz, mengutip sumber senior IDF.

"Pemimpin gerakan Hamas, Yahya Sinwar, bergerak tanpa tahanan Israel, seperti rekannya, pemimpin sayap militer gerakan Hamas, Muhammad Al-Deif," lanjutnya, merujuk pada klaim Israel soal pembunuhan Komandan Brigade Al-Qassam.

Israel sebelumnya menggambarkan Yahya Sinwar sebagai pemimpin Hamas yang bersembunyi di terowongan bawah tanah.

Pada 13 Februari 2024, IDF merilis video yang diklaim diambil di dalam terowongan Hamas di Khan Younis, yang memperlihatkan pria diduga Yahya Sinwar pergi bersama saudara, istri dan ketiga anaknya melalui sebuah terowongan pada hari-hari pertama agresi Israel di Jalur Gaza.

Para pejabat Israel saat itu yakin Yahya Sinwar berada di Khan Younis, tetapi sering berpindah dari satu tempat persembunyian ke tempat lainnya, dengan komunikasi terbatas atau tidak ada sama sekali, dikutip dari FDD Israel.

Selain itu, IDF pernah mengeluarkan tuduhan bahwa Yahya Sinwar berada di lokasi di mana ia dikelilingi sandera Israel.

"Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengetahui lokasi pasti Yahya Sinwar, pemimpin militer Hamas di Jalur Gaza, tetapi tidak dapat menyerangnya karena telah mengepung banyak sandera," lapor Israel Hayoum pada 8 Januari 2024.

IDF juga pernah menuduh Yahya Sinwar selalu membawa tas berisi bahan peledak, suatu propaganda yang tidak pernah terbukti.

Baca juga: Foto Barang Yahya Sinwar yang Disita Israel, Ada Buku Doa, Tasbih, Senapan

Sementara itu, dalam video yang dirilis IDF memperlihatkan saat-saat terakhir Yahya Sinwar ketika menghadapi tentara Israel yang menggunakan drone dan tank.

Setelah membunuhnya, IDF merilis sejumlah barang yang dibawa oleh Yahya Sinwar, di antaranya, senapan mesin Kalashnikov, dua magasin peluru, tempat anak panah militer, buku "Doa Nabi sehari-hari", "Doa Bermanfaat" sebuah tasbih, jam tangan, hingga sejumlah uang senilai 1.600 shekel Israel.

Sementara itu, juru bicara IDF, Daniel Hagari, mengatakan Yahya Sinwar mungkin berada di atas tanah karena pasukan Israel berada di lokasi itu selama berminggu-minggu.

Daniel Hagari mengklaim Yahya Sinwar berupaya pergi ke utara ketika bertemu tentara Israel dan mencoba lari ke gedung terdekat.

Yahya Sinwar ditunjuk sebagai Kepala Biro Politik Hamas pada 6 Agustus 2024 untuk menggantikan Ismail Haniyeh yang diduga dibunuh Israel dalam ledakan di Teheran, Iran pada 31 Juli 2024.

Jumlah Korban di Jalur Gaza

Saat ini, Israel yang didukung Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa, masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 42.438 jiwa dan 99.246 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Jumat (18/10/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Wafa Palestine.

Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.

Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini