Meskipun militer tidak merinci lokasi kematian Sinwar, laporan media Israel menunjukkan operasi itu terjadi di kota selatan Rafah.
Laporan menunjukkan kalau Sinwar, target utama Israel, tewas dalam konfrontasi lapangan, di mana ia mengenakan seragam militer penuh, bertentangan dengan klaim Israel sebelumnya bahwa ia telah bersembunyi di antara tahanan Israel di terowongan selama berbulan-bulan di Jalur Gaza.
Baca juga: Satu Lagi Fitnah Israel ke Yahya Sinwar Terbantahkan, Joe Biden Telepon Netanyahu Beri Selamat
Rusia Cemas Gaza Makin Terbantai
Sedangkan Rusia, memberikan respons kematian Yahya Sinwar dengan menekankan kecemasan pada Gaza yang berpotensi kian dibantai oleh bombardemen Israel.
Kremlin mengatakan pada hari Jumat kalau pihaknya lebih peduli tentang “bencana humanitarian catastrophekemanusiaan” di Gaza dan Lebanon, ketika ditanya tentang pembunuhan Israel terhadap kepala Hamas Yahya Sinwar.
“Bagi kami, yang utama adalah konsekuensi bagi warga sipil yang kami lihat. Bencana kemanusiaan yang diamati baik di Gaza maupun di Lebanon adalah subjek yang menjadi perhatian serius kami,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.
Iran mengatakan kematian Sinwar akan memperkuat semangat perlawanan
Dilansir Al Jazeera, Misi Iran di PBB membandingkan momen-momen terakhir pemimpin Hamas Yahya Sinwar dengan momen-momen terakhir mantan pemimpin Irak Saddam Hussein, yang menurut mereka memohon kepada pasukan AS untuk tidak membunuhnya ketika ia ditangkap pada tahun 2003.
"Ketika umat Islam menghormati Martir Sinwar yang berdiri di medan perang – dalam pakaian tempur dan di tempat terbuka, bukan di tempat persembunyian, menghadapi musuh – semangat perlawanan akan diperkuat," tulisnya dalam sebuah posting di X, Jumat (18/10/2024).
"Ia akan menjadi model bagi para pemuda dan anak-anak yang akan meneruskan jalannya menuju pembebasan Palestina."
"Selama pendudukan dan agresi masih ada, perlawanan akan terus ada, karena martir tersebut tetap hidup dan menjadi sumber inspirasi."