TRIBUNNEWS.COM - Sumber di gerakan Hamas mengatakan ada diskusi di dalam gerakan tersebut tentang menyembunyikan identitas kepala biro politik barunya setelah Israel membunuh Kepala Biro Politiknya, Yahya Sinwar, di Rafah, Jalur Gaza selatan pada Rabu (16/10/2024).
Keputusan untuk menyembunyikan nama pemimpin baru tersebut karena meningkatnya risiko keamanan.
“Pimpinan kemungkinan besar merahasiakan identitas tersebut demi alasan keamanan,” kata salah satu sumber, seperti diberitakan ANHA, pada Senin (20/10/2024).
Langkah ini juga bertujuan untuk memberi panglima baru lebih banyak kebebasan dalam beroperasi dan menghindari upaya pembunuhan Israel, yang telah menargetkan banyak pemimpin Hamas.
Kerahasiaan juga diharapkan membantu menjaga ketertiban internal dan melindungi struktur kelompok.
Hamas ingin membuat Israel tetap tidak yakin tentang siapa yang akan membuat keputusan jika perundingan mengenai gencatan senjata dan pertukaran tahanan di Jalur Gaza dilanjutkan.
Yahya Sinwar ditunjuk sebagai Kepala Biro Politik Hamas pada 6 Agustus 2024 untuk menggantikan Ismail Haniyeh yang diduga dibunuh Israel dalam ledakan di Teheran, Iran pada 31 Juli 2024.
Ia dibunuh di sebuah rumah di lingkungan Tal Al-Sultan, sebelah barat kota Rafah, di selatan Gaza pada Rabu (16/10/2024).
Sebelumnya, Yahya Sinwar bentrok dengan tentara Israel yang menembakkan peluru artileri, melemparkan dua granat, dan mengirim drone.
Calon Pengganti Potensial
- Muhammad Darwish (Abu Omar Hassan)
Muhammad Darwish atau Abu Omar Hassan adalah kepala Dewan Syura Hamas.
Ia relatif tidak dikenal hingga menarik perhatian setelah kematian Haniyeh.
Banyak yang meyakini ia memiliki peluang kuat, setelah tampil dalam beberapa pertemuan resmi terakhir mendahului beberapa pemimpin lama. - Khalil al-Hayya, Wakil Yahya Sinwar
Khalil al-Hayya dipandang sebagai kandidat utama dan menjadi tokoh terkemuka di Gaza setelah hilangnya dan terbunuhnya Yahya Sinwar.
Sebagai wakil Yahya Sinwar, Khalil al-Hayya kini memimpin Hamas di Gaza dan bertanggung jawab atas negosiasi gencatan senjata dan kemungkinan pertukaran tahanan.
Khalil al-Hayya telah mewakili Hamas pada berbagai kesempatan penting, termasuk pidato yang menandai Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober dan berkabung atas kematian Yahya Sinwar.
Ia juga menyatakan tahanan Israel yang ditahan oleh Hamas tidak akan dibebaskan kecuali Israel menghentikan serangannya terhadap Gaza, menarik diri, dan membebaskan tahanan Palestina.
Seperti Yahya Sinwar, Khalil al-Hayya dikenal sebagai garis keras politik yang mendukung hubungan kuat dengan Iran. - Khaled Meshaal
Khaled Meshaal, senior Hamas yang lebih dekat dengan Ikhwanul Muslimin yang menjadi pelopor Hamas, daripada Iran.
Khaled Meshaal memimpin biro politik Hamas selama sekitar 21 tahun dan sekarang mengepalai cabang eksternal Hamas.
Setelah pembunuhan Ismail Haniyeh, Khaled Meshaal dilaporkan menolak peran kepemimpinan karena alasan kesehatan dan situasi saat ini. - Mohammad Nazzal
Pengaruh Mohammad Nazzal terlihat jelas pada pemilu baru-baru ini.
Mohammad Nazzal bergabung dengan Hamas saat organisasi itu didirikan dan telah menjadi anggota biro politik Hamas sejak 1996.
Ia dianggap sebagai salah satu garis keras dalam kelompok tersebut. - Mousa Abu Marzouk, Kepala Pertama Biro Politik Hamas
Mousa Abu Marzouk adalah kandidat lain untuk kepemimpinan Hamas.
Ia mendirikan Hamas pada tahun 1987 dan menjadi kepala biro politik pertamanya.
Saat ini ia menjabat sebagai wakil kepala cabang eksternal Hamas.
Sebelumnya, Hamas pernah menyembunyikan identitas pemimpinnya pada tahun 2004 setelah Israel membunuh pendirinya Ahmed Yassin pada tanggal 22 Maret, diikuti oleh penggantinya, Abdel Aziz al-Rantisi, pada tanggal 17 April pada tahun yang sama.
Untuk waktu yang lama, Hamas tidak mengungkapkan nama pemimpinnya di Palestina untuk menghindari penargetan Israel.
Sejak didirikan pada tahun 1987, Hamas telah memiliki empat pemimpin biro politik: Abu Marzouk (1992-1996), Khaled Meshaal (1996-2017), Ismail Haniyeh (2017 hingga ia dibunuh tahun 2024), dan Yahya Sinwar (2024).
Baca juga: Jurnalis Pro-Zionis Datangi Lokasi Yahya Sinwar Dibunuh, Israel Segera Ledakkan Rumah Itu
Jumlah Korban di Jalur Gaza
Saat ini, Israel yang didukung Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa, masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza.
Jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 42.603 jiwa dan 99.795 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Senin (21/10/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Anadolu Agency.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel