"Terlepas dari efektivitas peringatan tersebut, ini bukan berarti Israel dapat memperlakukan warga sipil yang tersisa sebagai target," tambah Callamard.
Tuduhan terhadap Jurnalis Gaza
Awal tahun ini, Adraee juga mengecam Jaringan Al Jazeera, menuduh mereka menutupi aktivitas Hamas.
Adraee menyinggung jurnalis Al Jazeera, Anas Al-Sharif, yang ia sebut mengetahui nama-nama militan Hamas di antara warga yang tewas dalam sebuah serangan di sekolah.
Al Jazeera lantas menerbitkan pernyataan yang membela Anas.
Al Jazeera menyebut pernyataan Adraee tidak hanya menyerang karakter dan integritas Anas, tetapi juga membungkam kebenaran dan membungkam mereka yang dengan berani melaporkan dari Gaza.
"Anas telah melihat akibat dari peristiwa mengerikan, termasuk pembunuhan lebih dari 100 warga sipil hari ini, namun, dia terus melaporkan dengan integritas dan keberanian," lanjut pernyataan itu.
Ratusan jurnalis, termasuk beberapa dari Al Jazeera dan kerabat dekat mereka, telah dibunuh oleh Israel selama perang di Gaza.
Banyak kerabat Al-Sharif tewas dalam serangan udara Israel di Beit Lahiya pada hari Minggu (20/10/2024).
Hamas: Israel Melakukan Operasi Pemindahan Paksa Paling Kejam di Hadapan Dunia
Sementara itu, Hamas meminta masyarakat internasional untuk segera mengambil tindakan untuk menghentikan kejahatan pemindahan paksa, pembersihan etnis, dan pembantaian yang dilakukan oleh Israel di Gaza utara.
Mengutip Al Jazeera, Selasa (22/10/2024), Hamas mengatakan tentara Israel telah mengepung sekolah dan rumah sakit, melakukan pembantaian terhadap warga yang tidak berdaya dan terlantar, serta melakukan operasi pemindahan paksa yang paling kejam secara langsung di udara dan di hadapan seluruh dunia.
Hamas juga menyebut praktik Israel itu sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap semua hukum, peraturan, dan norma.
"Hal itu tidak akan pernah terjadi tanpa kebungkaman dan kelambanan masyarakat internasional, serta perilaku terlibat dari pemerintah AS," tambah Hamas.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)