TRIBUNNEWS.COM – Kota kuno Tyre yang merupakan situs Warisan Dunia UNESCO di Lebanon Selatan kini sepi ditinggal pengunjung hingga berubah bak kota hantu.
Kota Tyre yang bertahun-tahun jadi pusat perekonomian Lebanon berubah menjadi kota yang sepi dan mencekam, setelah digempur serangan udara Israel minggu ini.
Tak hanya menyasar rumah-rumah warga sipil, serangan udara Israel juga turut menyebabkan kerusakan besar-besaran pada infrastruktur kota
Video menunjukkan awan asap hitam besar mengepul dari daerah pinggir laut yang hanya berjarak 500 meter dari reruntuhan cagar budaya Romawi yang terdaftar sebagai Warisan Dunia UNESCO.
Sementara itu, rekaman National News Agency menunjukkan bahwa sejumlah lingkungan di Tyre tertimbun puing-puing.
Sejauh ini belum ada laporan korban jiwa akibat gempuran jet Israel.
Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan setidaknya ada 16 orang terluka dan telah mendapatkan perawatan intensif.
Sebelum perang antara Hizbullah dan Israel Meletus, setidaknya 50.000 orang tinggal di Tyre, kota terbesar kelima di Lebanon setelah Beirut, Tripoli, Sidon dan Baalbek.
Kota ini dikenal sebagai kota metropolitan yang populer di kalangan wisatawan. Sejarah kota ini dimulai pada abad ke-5 sebelum Masehi.
Tyre sendiri masuk dalam daftar kota tertua di dunia yang dibangun pada tahun 2750 sebelum masehi serta memiliki sejarah menarik hingga masuk dalam Warisan Dunia UNESCO.
Baca juga: Israel Sengaja Menargetkan Pasukan PBB di Lebanon, Melukai Beberapa Orang dengan Bom Fosfor Putih
Namun, setelah militer Israel mulai mengintensifkan serangan, sebagian besar penduduk dan wisatawan kota ini telah pergi meninggalkan Tyre.
Ribuan Penduduk Eksodus Massal
Mengutip dari Reuters, setidaknya tersisa 14.500 orang yang masih tinggal di kota tersebut pada awal pekan kemarin.
Akan tetapi, jumlah tersebut kemungkinan menyusut drastis setelah puluhan ribu warga melakukan eksodus besar-besaran, menyusul peringatan evakuasi dari militer Israel pada Rabu pagi.
Hal ini turut dikonfirmasi Wali Kota Tyre, Hassan Dabouq. Ia mengungkapkan bahwa hanya seperempat penduduk kota yang tersisa, sementara yang lainnya khawatir akan nasib serupa dengan yang terjadi di Gaza.