TRIBUNNEWS.COM -- Tiga orang jurnalis tewas setelah bangunan yang mereka tinggali saat bertugas dibom oleh Israel ada Jumat (25/10/2024) pagi.
Pasukan Israel atau IDF mengakui telah membunuh para wartawan tersebut karena menganggap media mereka berat sebelah.
Wissam Qassem, reporter outlet berita Lebanon Al Manar, serta dua jurnalis saluran TV Lebanon Al Mayadeen, Ghassan Najjar dan Mohamed Reda.
Baca juga: Pemerintah Prancis Galang Dana Sebesar Rp15,6 Triliun untuk Lebanon
Pondokan mereka dihajar dengan roket saat sedang tidur di wilayah Hasbaya, Lebanon selatan.
Serangan dilakukan oleh serangan udara IDF yang menghantam pondokan yang digunakan oleh 18 orang jurnalis. Saat peristiwa tersebut, mereka sedang tidur.
Selain tiga wartawan tersebut, sejumlah jurnalis lainnya mengalami luka-luka demikian lapor Al Jazeera.
Mereka berasal dari sejumlah media antara lain Al Jazeera, Sky News Arabia dan TRT. Para wartawan ini sedang meliput peperangan Hizbullah-Israel.
Para wartawan pindah ke tempat perlindungan itu karena meningkatnya pemboman Israel di akomodasi mereka sebelumnya, menurut pernyataan dari bos mereka.
Serangan itu dilaporkan terjadi sekitar pukul 3 pagi waktu setempat (tengah malam GMT) saat para wartawan sedang tidur.
Reporter di tempat kejadian mengatakan serangan itu secara khusus menghantam chalet tempat para wartawan Al Mayadeen dan Al Manar tinggal. Israel menganggap kedua outlet berita itu berpihak pada Hizbullah.
Rekaman dari lokasi kejadian menunjukkan bangunan-bangunan yang runtuh dan mobil-mobil yang rusak, yang diparkir di depan lokasi tersebut, beberapa di antaranya bertuliskan ‘Pers.’
Menteri Informasi Lebanon Ziad Makary telah mengutuk serangan udara tersebut, dan menyebutnya sebagai “kejahatan perang.”
“Ini adalah pembunuhan, setelah pemantauan dan pelacakan, dengan perencanaan dan persiapan sebelumnya, karena ada 18 wartawan yang hadir di lokasi tersebut yang mewakili tujuh lembaga media,” tulisnya di X (sebelumnya Twitter).