Iran belum pernah menghadapi rentetan tembakan berkelanjutan dari musuh asing sejak perangnya dengan Irak pada tahun 1980-an.
Israel juga secara luas dianggap berada di balik serangan udara terbatas pada bulan April di dekat pangkalan udara utama di Iran yang menghantam sistem radar untuk baterai pertahanan udara buatan Rusia.
Iran sebelumnya telah menembakkan gelombang rudal dan drone ke Israel, yang menyebabkan kerusaka, setelah dua jenderal Iran tewas dalam serangan udara Israel yang diduga dilakukan terhadap pos diplomatik Iran di Suriah.
Pada tanggal 1 Oktober, Iran meluncurkan sedikitnya 180 rudal ke Israel sebagai balasan atas serangan dahsyat yang dilancarkan Israel terhadap Hizbullah.
Serangan tersebut menyebabkan kerusakan yang disembunyikan oleh Tel Aviv dan beberapa orang cedera. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan Iran "membuat kesalahan besar."
"Iran menyerang Israel dua kali, termasuk di lokasi yang membahayakan warga sipil, dan telah membayar harganya untuk itu," kata juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari. Ia menambahkan: "Jika rezim di Iran melakukan kesalahan dengan memulai babak baru eskalasi, kami wajib menanggapinya."
Pernyataan militer Iran menggambarkan pesawat tempur Israel menembakkan rudal ringan pada jarak 100 kilometer (62 mil) dari perbatasan Iran.
Rudal tersebut menyerang stasiun radar pertahanan udara, dan beberapa di antaranya sudah dalam perbaikan.
Yoel Guzansky, seorang peneliti di Institut Studi Keamanan Nasional Tel Aviv yang sebelumnya bekerja untuk Dewan Keamanan Nasional Israel, mengatakan, serangan Israel tidak menghancurkan fasilitas yang sangat terlihat atau simbolis yang dapat memicu respons signifikan dari Iran.
Tel Aviv tidak mau mengambil risiko terhadap serangan balasan Iran.
Hal itu juga memberi Israel ruang untuk eskalasi jika diperlukan, dan menargetkan sistem pertahanan udara melemahkan kemampuan Iran untuk bertahan melawan serangan di masa mendatang, katanya, seraya menambahkan bahwa jika ada pembalasan Iran, hal itu harus dibatasi.
Inggris dan AS Melarang Iran Membalas
Pemimpin oposisi Israel Yair Lapid mengkritik keputusan untuk menghindari "target strategis dan ekonomi," dengan mengatakan di X bahwa "kita bisa dan seharusnya menuntut harga yang jauh lebih mahal dari Iran."
Sedangkan Amerika Serikat memperingatkan agar tidak melakukan pembalasan lebih lanjut, dan Inggris serta Jerman mengatakan Iran tidak boleh menanggapi.