TRIBUNNEWS.COM – Pemerintah Rusia diketahui menjanjikan bayaran sebesar 2.000 dolar AS atau sekitar Rp 31 juta per bulan bagi tentara Korea Utara (Korut) yang bersedia untuk ditugaskan ke Kursk, garda depan konflik Rusia dan Ukraina.
Jumlah gaji yang dibayarkan oleh Rusia menunjukkan peningkatan fantastis hingga 10 kali lipat jika dibandingkan dengan gaji sebelumnya.
Pada bulan lalu, Radio Free Asia melaporkan bahwa gaji rata-rata untuk personel militer Korut hanya berkisar antara 100 dan 300 won.
Namun demi memikat prajurit Korut agar mau bergabung ke garda depan konflik Rusia, Presiden Vladimir Putin mulai menaikkan gaji para tentara bayaran asal Korut.
Badan Intelijen Nasional Korea Selatan atau NIS, mencatat sejauh ini lebih dari 3.000 tentara Korea Utara telah dikirim ke Rusia.
Jumlah tersebut diperkirakan bertambah, mencapai 10.000 prajurit pada Desember 2024.
Kabarnya pasukan Korea Utara tidak hanya dikerahkan ke zona pertempuran, tapi disebar ke sejumlah fasilitas pelatihan, seperti penggunaan peralatan militer dan mengemudikan kendaraan udara tak berawak.
Mengutip media lokal Ukraina, United24, kemungkinan besar bayaran para tentara Korut tersebut akan ditransfer pemerintah Rusia melalui rekening milik negara Korea Utara.
Ini lantaran Korea Utara biasa menyimpan sebagian besar gaji yang dibayarkan kepada pekerja yang dikirimnya ke luar negeri karena sebagian besar gaji yang diterima tentara Korut akan tetap menjadi milik negara.
10.000 Tentara Korut Tiba di Kursk
Baca juga: NATO: 10.000 Tentara Korut Tiba di Kursk, Bakal Bantu Rusia Lancarkan Serangan ke Ukraina
Sekitar 10.000 tentara asal Korea Utara (Korut) dilaporkan tiba di Kursk, wilayah garda depan konflik Rusia dan Ukraina.
Kedatangan tentara Korut dikonfirmasi langsung oleh Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Mark Rutte, Senin (28/10/2024).
Dalam keterangan resmi yang dikutip dari ABC News, Rutte menjelaskan bahwa ribuan tentara Korea Utara saat ini telah berada di Rusia, dan mulai bergerak mendekati perbatasan Ukraina.
"Hari ini saya dapat mengonfirmasi bahwa tentara Korea Utara telah dikirim ke Rusia dan unit-unit militer mereka telah dikerahkan ke wilayah Kursk," kata Rutte kepada wartawan usai pengarahan dari delegasi tingkat tinggi Korea Selatan.
Rutte mengatakan pengerahan puluhan ribu tentara Korea Utara itu merupakan eskalasi yang signifikan dari keterlibatan Pyongyang dalam invasi Rusia di Ukraina.
Dengan tujuan menambah tekanan pada tentara Ukraina yang sudah lelah dan kewalahan.
Media pemerintah Korut menolak berkomentar sejak badan mata-mata Seoul mengatakan minggu lalu bahwa Pyongyang telah memutuskan untuk mengirim pasukan 'berskala besar' ke Rusia untuk memerangi Ukraina.
Berbanding terbalik dengan respon Korut, Putin justru tidak menyangkal bahwa pasukan Korea Utara saat ini berada di Rusia.
Putin bahkan mengatakan bahwa terserah kepada Moskow untuk memutuskan bagaimana mengarahkannya sebagai bagian dari pakta pertahanan keamanan bersama yang ditandatanganinya dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un pada bulan Juni.
Sebagai imbalan atas dukungan Korea Utara untuk Rusia, Presiden Putin kabarnya memberikan bantuan teknologi dalam pengembangan program misil dan satelit mata-mata Korea Utara.
Diantaranya seperti satelit pengintaian hingga kapal selam. Moskow juga mungkin akan memberikan jaminan keamanan serta dukungan di PBB bagi negara tertutup itu, yang beberapa kali disanksi akibat uji nuklir.
(Tribunnews.com/ Namira Yunia)