News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Latgab Militer TNI AL-AL Rusia dan Politik Keseimbangan Indonesia

Editor: Setya Krisna Sumarga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kapal Perang TNI Angkatan Laut (TNI AL) saat menggelar latihan di Laut Natuna Utara pada Jumat (26/4/2024).

Dubes Rusia Sergey Tolchenov memastikan latma ini tidak ada yang dirahasiakan. Ia malah mengajak pihak asing yang ingin mengikuti jalannya latihan bersama tersebut.

Bahkan, negara manapun bisa memantau melalui satelit secara terbuka. Ia menegaskan, langkah itu dilakukan untuk membuktikan Indonesia dan Rusia tidak menyembunyikan apapun.

“Kami tidak akan mengundang pengamat mana pun, saya yakin begitu. Namun, jika ada yang ingin mengikuti (misal) dari pantai Australia atau kapal Australia, silakan saja,” katanya.

Meski begitu, kehadiran kekuatan militer Rusia di Indonesia, dan untuk pertama kalinya menggelar latma bersama TNI AL, pasti tetap meninggalkan kekhawatiran, terutama bagi AUKUS.

Bagaimanapun Indonesia adalah negara yang secara geografis strategis. Secara demografis juga sangat menarik dan penting.

Lalu secara ekonomi juga semakin signifikan posisinya. Berada di jalur sibuk perdagangan, Indonesia berhasil tumbuh sebagai kekuatan ekonomi dan pasar yang sangat penting.

Indonesia yang sekarang bukan lagi Indonesia 10 atau 20 tahun lalu. Di ASEAN, Indonesia adalah pemimpin dari segala segi.

KTT BRICS di Kazan Rusia pekan lalu juga menjadi tonggak penting bagi kelompok negara BRICS maupun khususnya Indonesia.

Presiden Prabowo Subianto mengutus Menlu Sugiono hadir di Kazan, bertemu sejumlah pemimpin pemerintahan BRICS, sekaligus memastikan Indonesia menjadi negara mitra BRICS.

Jakarta pernah mempertimbangkan menjadi anggota tetap BRICS, sebagaimana dilakukan Mesir, Iran, Uni Emirat Arab dan Ethiopia.

Tapi belakangan memilih untuk sementara berstatus negara partner. Ini menjadi semacam bentuk kehati-hatian Indonesia, dalam konteks politik bebas aktif.

Sulit dimungkiri, BRICS yang diinisiasi Rusia, China, Brazil, India dan Afrika Selatan secara politis menjadi penantang blok barat yang selama ini begitu mendominasi dunia.

KTT BRICS di Kazan Rusia secara signifikan memulai apa yang disebut usaha untuk menjadikan multilateralisme dalam hubungan global.

BRICS ingin mewujudkan dunia yang multipolar, merombak unilateralisme atau unipolarisme yang berdekade dipertahankan Amerika dan kekuatan barat lainnya.

Dalam konteks situasi tegang antara Uni Eropa, NATO dan Rusia, antara Uni Eropa, Amerika, NATO, AUKUS versus Tiongkok, latihan militer TNI AL dan AL Rusia menjadi sangat menarik.

Namun sekali lagi, secara historis Indonesia memiliki hubungan istimewa dengan Rusia atau dulu semasa Uni Soviet.

Di matra TNI, ikatan historis dan pengaruh itu masih kuat terutama di matra udara dan laut.

Indonesia pernah menjadi kekuatan militer terkuat di ASEAN ketika era Presiden Soekarno, memborong kapal perang, kapal selam, rudal, roket, ranpur, dan jet tempur dari Moskow.

Sebagian peralatan era Soviet itu kini masih dipertahankan TNI AL. Misalnya, kendaraan pengangkut personil BTR-50PK dan BTR-80A yang dioperasikan Korps Marinir TNI AL.

Inilah sisi lain dari posisi strategis Indonesia hubungannya dengan situasi tegang atau cenderung permusuhan antara Amerika di satu sisi dengan Rusia dan China di sisi lain.

Politik luar negeri bebas aktif dalam konteks ini menjadi sangat relevan, guna mempertahankan posisi Indonesia agar tidak menjadi proksi siapa-siapa.(Tribunnews.com/Setya Krisna Sumarga)

 

 

 

 

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini